Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Dunia Melalui Perpustakaan, Sebuah Catatan dari Peringatan Hari Buku Nasional Tahun 2022

3 Juni 2022   11:53 Diperbarui: 3 Juni 2022   16:39 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bincang literasi bertema "Membangun Generasi Literasi" dengan narasumber Prof. Dr. Ir. H. Djohar Arifin Husin (Dok. Pribadi)

"Ketika seseorang dapat memaknai literasi maka ia dapat membaca dunia."

Sejarah tercetusnya hari buku nasional terkait dengan pencanangan pendirian Perpustakaan Nasional oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Daoed Joesoef, pada tanggal 17 Mei 1980. Tanggal pencanangan berdirinya Perpustakaan Nasional pada 17 Mei itu diperingati setiap tahun sebagai hari buku nasional atau hari literasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Namun, makna literasi sebenarnya memiliki pemahaman yang lebih kompleks dan dinamis, tidak hanya dipahami sebagai kemampuan baca dan menulis.

Istilah literasi berasal dari bahasa Latin, literatus, artinya adalah orang yang belajar. Menurut Elizabeth Sulzby, seorang professor dari University of Michigan, literasi adalah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi; membaca, berbicara, menyimak, dan menulis.

National Institute for Literacy memberikan pengertian bahwa literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Pemahaman ini memposisikan literasi secara kontekstual lingkungan. Tidak hanya terbatas pada membaca dan menulis, tetapi juga merespon lingkungan.

Sementara itu, UNESCO memberikan pengertian literasi sebagai seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu diperoleh, siapa yang memperoleh, dan bagaimana cara memperolehnya.

Ironi Dunia Perpustakaan, Minat Baca, dan Tingkat Literasi di Indonesia

Sebagaimana dikutip dari laman perpustakaan.kemendagri.go.id, Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70 negara terkait dengan tingkat literasi. Negara kita merupakan 10 negara terbawah dengan tingkat literasi rendah.

Peringkat ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan melalui Program for International Student Assessment (PISA), yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019 silam.

Rendahnya tingkat literasi bangsa Indonesia ditengarai berhubungan dengan minat baca masyarakat kita yang rendah. Suhajar Diantoro menjelaskan efek domino dari rendahnya minat baca menyebabkan rendahnya tingkat literasi, daya saingnya juga menjadi rendah, kemudian rendah pula indeks pembangunan SDM-nya, rendah inovasinya, rendah pendapatan per kapitanya, hingga rendah rasio gizinya. Pada akhirnya, akumulasi dari semua hal itu akan berpengaruh pada rendahnya indeks kebahagiaan warga negara kita.

Data menunjukkan bahwa perbandingan total jumlah bahan bacaan dengan total jumlah penduduk Indonesia memiliki rasio nasional 0,09. Artinya 1 buku ditunggu oleh 90 orang Indonesia setiap tahunnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun