Pada 30 April hingga 4 Mei yang lalu, kami rombongan keluarga besar vokal grup Elhineni berlibur selama 5 hari 4 malam di gugusan pulau Banyak, Aceh Singkil. Rombongan kami terdiri atas 8 kepala keluarga, meliputi 28 jiwa yang terdiri atas 16 orang dewasa dan 12 anak-anak.
Oleh karena 5 kepala keluarga membawa serta anak-anak, tentu tantangan terbesar perjalanan liburan bersama rombongan ini adalah bagaimana memastikan keselamatan selama perjalanan, keselamatan saat melakukan perpindahan tempat tujuan dan moda transportasi, sambil memastikan rombongan tetap bisa merasa nyaman sehingga betah menikmati perjalanan dan segala aktivitas selama liburan.Â
Fokus utama liburan keluarga ini tentu saja menikmati suasana kehidupan bahari di tepi-tepi pantai dan pulau-pulau yang dikunjungi.
Puji Tuhan, ternyata tidak ada satu orang pun yang sakit atau mengeluh dari antara rombongan kami di tengah tantangan cuaca yang terkadang diguyur hujan dan tentu saja udara yang panas dan lembab, khas daerah pantai beriklim tropis.Â
Sebagai warga daerah pegunungan yang beriklim sejuk, cuaca seperti ini tentu saja jauh dari perasaan nyaman bagi kami.
Lebih dari itu, liburan bersama keluarga ini memberikan pengalaman baru bagi setiap anggota keluarga, khususnya anak-anak. Tidak saja mendapatkan suasana keindahan alam bahari dan panorama bawah laut, kami juga bisa berbaur langsung dengan warga pulau, menjalani keseharian hidup yang berbeda di tepi pantai, walau hanya sekejap saja, selama 5 hari 4 malam.
Apalagi liburan ini berlangsung di penghujung suasana bulan Ramadan dan menyambut perayaan hari raya Idul Fitri 1443 Hijriyah. Inilah rangkuman keseharian kami di antara warga pesisir di kepulauan Banyak, Aceh Singkil.
Hari Pertama, Tiba di Pulau Banyak
Setelah menempuh perjalanan sekitar 8,5 jam dari Kabanjahe menuju pelabuhan feri di Singkil, lalu ditambah perjalanan sekitar 4,5 jam menyeberang dari pelabuhan feri di Singkil ke pelabuhan di Pulau Banyak, kami tiba di Pulau Balai pada Sabtu, 30 April 2022 pukul 14.13 WIB.
Hal yang paling pertama dilakukan begitu tiba di pulau tentu saja menuju tempat penginapan. Rombongan membutuhkan istirahat setelah letih di perjalanan.
Hari kami tiba itu masih dalam suasana bulan Ramadan. Oleh karena itu keletihan, rasa haus, dan lapar harus bisa dituntaskan dengan tetap menghormati masyarakat setempat di Pulau Balai yang mayoritas menjalankan ibadah puasa. Apalagi bapak-bapak yang merokok, harus mampu menahan selera sebelum sampai waktu berbuka puasa.
Karena keterbatasan tempat penginapan, yang beberapa di antaranya sudah sejak jauh hari dipesan oleh para wisatawan, maka rombongan kami harus terpisah di dua penginapan (homestay) yang berbeda. Satu rombongan di homestay Imelda dan satu rombongan lagi di homestay Willi.
Dari cerita masing-masing pemilik homestay, kami mendapatkan informasi bahwa ketika pertama kali pulau ini dikunjungi wisatawan dalam jumlah besar, penginapan yang ada di sana tidak mampu menampung wisatawan yang datang. Oleh sebab itu, kamar-kamar kosong rumah warga pun difungsikan menjadi penginapan.
Hari pertama tiba di pulau tidak kami biarkan berlalu begitu saja dalam tidur siang panjang. Selepas makan malam, kami yang menempati satu penginapan berkunjung ke penginapan yang satunya lagi.Â
Kami menyusun rencana perjalanan untuk besok, selanjutnya kami berjalan-jalan ke dermaga tempat kapal feri kami berlabuh menunggu jadwal penyeberangan besok.Â
Kami berkeliaran mengejar kepiting di pantai pasir yang membuntuti kami di bawah remang malam.
Hari Kedua, Island Hopping ke Pulau Palambak, Pulau Rangit, dan Pulau Panjang
Tanggal 1 Mei 2022, adalah hari terakhir puasa. Besok adalah hari lebaran Idul Fitri 1443 H sesuai penetapan pemerintah.
Hari ini kami melakukan island hopping. Secara harfiah berarti melakukan perjalanan melompat dari satu pulau ke pulau lain.
Bukan tanpa sebab gugusan pulau ini disebut Pulau Banyak. Jumlah pulau-pulaunya ada 99, kesemuanya dikitari lautan dangkal tembus pandang dan hamparan pasir putih yang akan menggoda siapa saja yang meliriknya
Pulau Palambak
Kami mulai dengan menuju salah satu pulau yang terjauh di Selatan Pulau Balai, adalah Pulau Palambak namanya. Perjalanan ke sana memakan waktu sekitar 1 jam.
Setibanya di sana, seorang pria berlari menyambut kami di dermaga. Dia seorang anak pantai yang sangat ceria.
Kapten kapal melempar tali, sang anak pantai menyambutnya dengan cekatan. Perahu kami pun tertambat di dermaga Pulau Palambak.
Penumpang turun satu per satu, ada rona wajah antusias, ceria, dan penuh rasa ingin tahu di wajah mereka, anak-anak dan orang dewasa. Sebabnya tidak lain, karena hamparan pasir putih pantai ini yang luas membentang sejauh mata memandang.Â
Tidak ada cela, tiada sampah-sampah dan jejak roda kendaraan bermotor tercetak di atas hamparan pasir putihnya.
Dari si anak pantai, kami mendapat cerita kalau bagian pantai Palambak yang merupakan aset Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil ini sudah sangat sepi selama pandemi melanda. Dia sendiri bahkan sudah beberapa waktu lamanya tinggal sendirian di pulau ini.Â
Ayah dan ibunya sedang mudik ke Medan, karena menjelang Idul Fitri.
Anak-anak puas berenang di tepi pantai. Airnya jernih dan ada terumbu karang di beberapa bagiannya, cocok menjadi tempat berlatih snorkeling.
Ibu-ibu asyik berfoto ria, sesekali duduk di pasir pantai sesekali menghambur ke gulungan ombak-ombak kecil yang pecah di tepi pantai. Bapak-bapaknya asyik berkaraoke ria, menghadap ke arah laut, seolah banyak penonton di sana. Padahal sepinya pulau membuatnya seakan terasa seperti pulau milik pribadi.
Setelah lelah berenang, bermain, bernyanyi dan berfoto ria, sudah ada suguhan air kepala muda. Segar dan manis airnya, daging kelapanya juga lembut menggoda.
Apalagi ditambah buah pepayanya. Ini buah pepaya dengan rasa mangga. Belum cukup sampai di situ, kita bisa menikmati ikan bakar hasil olahan dari si anak pantai yang hari ini kedatangan banyak anggota keluarga dari Sumatera.
Pulau Rangit
Selesai di Palambak, kapal bergerak membawa rombongan ke pulau Rangit. Jarak tempuhnya hanya sekitar 20 menit dari Palambak.
Di pulau yang lebih kecil dari pulau Palambak ini, ada sebuah mercusuar yang bisa dijadikan menara pandang dan tempat berfoto dengan panorama bahari Pulau Banyak yang terbuka luas ke segala arahnya.
Mercusuar dengan tinggi 6 tingkat ini terdiri atas 20 anak tangga pada setiap lantainya. Oleh sebab itu, apabila anak-anak ikut memanjat ke puncak menara maka orang tuanya harus benar-benar mengawasi dan menjaga kemanan dan keselamatan si anak.
Di pulau ini juga hamparan pasir putih tetap memanjakan mata. Nyaman untuk dijalani, cantik menjadi latar berfoto, termasuk juga airnya tetap asyik buat mandi meskipun lebih banyak karang di lautnya dari pada di pantai Palambak.
Pulau Panjang
Setelah selesai di Pulau Rangit, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Panjang. Jarak tempuh dari Pulau Rangit ke Pulau Panjang sekitar 25 menit perjalanan.
Pulau Panjang mungkin adalah salah satu pulau yang paling populer di gugusan Pulau Banyak. Di Pulau ini ada resor untuk menginap wisatawan, baik yang dikelola oleh swasta (pribadi) maupun yang dikelola oleh masyarakat melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Pantai pasir putih, air laut yang dangkal dan jernih, jejeran pohon kelapa sepanjang tepi pantai, lagi-lagi adalah pemandangan yang juga membuat kita betah berada di pulau ini.Â
Karena keberdaan resor dan penginapan yang relatif lebih baik dari pada di Pulau Balai, berbeda dengan dua pulau sebelumnya, Pulau Palambak dan Pulau Rangit, di Pulau Panjang ini lebih ramai orang kita temui.
Demikianlah perjalanan antar pulau pada hari kedua. Kami kembali ke penginapan di Pulai Balai dan Pulau Baguk. Hari sudah menjelang sore, kami tiba di penginapan pada pukul 18.00 WIB.
Pada malam harinya kami bisa menyaksikan iring-iringan pawai obor dan parade masyarakat yang melaksanakan takbiran. Besoknya adalah hari lebaran, karena itu perjalanan esok hari mengalami penyesuaian.
Kami yang menginap di satu penginapan duduk-duduk di serambi rumah. Larut dalam cerita tentang berbagai pengalaman hasil perjalanan dari tadi pagi hingga petang.
Itulah cerita hari pertama dan kedua liburan keluarga besar vokal grup Elhineni di Pulau Banyak. Kisah tentang perjalanan di hari ketiga hingga hari kepulangan kita sambung lagi nanti ya gaes.
Salam hangat, salam bahari...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H