Salah satu tujuan wisata utama di Sumatra Utara adalah Danau Toba. Danau vulkanik terbesar di dunia ini telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark pada Sidang ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, Prancis, Selasa, 2 Juli 2020 yang lalu.
Kawasan Danau Toba mencakup delapan kabupaten di Provinsi Sumatra Utara. Meliputi Kabupaten Karo, Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Samosir, Pakpak Bharat, dan Dairi.
Geopark atau taman bumi merupakan suatu konsep manajemen pengembangan kawasan secara berkelanjutan yang memaduserasikan tiga keragaman alam, yakni keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity).Â
Tujuannya adalah untuk pembangunan serta pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada asas perlindungan (konservasi) terhadap ketiga keragaman ini.
Dengan cakupan wilayah administratif sedemikian luas, kita yang berkunjung ke Danau Toba bisa menikmati wajah danau ini dari beragam sudut pandang. Baik keragaman wajah geologi, keragaman hayati, maupun budaya. Dilansir dari situs calderatobageopark.org, di kawasan Danau Toba terdapat 4 kelompok etnis, yaitu Batak Toba, Simalungun, Karo, dan Pakpak.
Keragaman geologi dari kawasan danau ini dapat dilihat dari adanya beberapa geosite di sekitar kawasan danau ini. Geosite adalah situs atau tempat yang diidentifikasi untuk pengembangan ilmu kebumian ataupun sebagai daya tarik wisata.
Salah satu sisi wajah danau Toba yang akan kita lihat berikut ini adalah keragaman geologi di rute perjalanan searah menuju geosite Tuktuk, Kabupaten Samosir.
Beberapa titik lokasi perhentian yang dapat dinikmati di sepanjang rute ini antara lain sbb:
1. Menara Pandang Tele
Menara Pandang Tele adalah sebuah titik perhentian sebelum menyusuri turunan berkelok-kelok menuju kota Pangururan. Menara pandang ini dibangun pada tahun 1988.
Untuk masuk ke menara berlantai 4 ini dipungut karcis Rp7.000.
2. Bukit Sibea-bea
Bukit Sibea-bea adalah sebuah destinasi baru di sekitar Pulau Samosir. Lokasi menuju bukit ini adalah rute menuju geosite air terjun Efrata.
Di bukit Sibea-bea sedang dibangun megaproyek patung Kristus Raja. Kurang lebih mungkin akan mirip seperti patung Kristus Raja di Rio de Janeiro, Brazil.
Untuk masuk ke puncak bukit ini dipungut karcis masuk Rp50.000 per mobil untuk minibus/mobil pribadi.
Tanah Ponggol atau bila diterjemahkan berarti tanah terputus adalah titik penyeberangan berupa sebuah jembatan yang menghubungkan Pulau Samosir dengan Pulau Sumatra.
Sebagaimana kita ketahui, Pulau Samosir adalah pulau yang berada di tengah Danau Toba. Jembatan tanah Ponggol ini adalah satu-satunya jalur lintas darat dari dan ke Pulau Samosir. Selebihnya adalah melalui jalur penyeberangan danau menggunakan kapal feri.
Lokasi tanah Ponggol ini berada di kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir.
Tuktuk Siadong adalah kelurahan yang berada di Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Tempat ini menjadi salah satu destinasi utama kunjungan turis yang terkenal akan pemandangan alam dan karya ukir khasnya.
Sekilas, geosite Tuktuk mirip dengan Bali. Sepanjang jalan banyak cottage dan penginapan yang langsung berada di tepian danau Toba.
Selain itu banyak terdapat galeri dan kios yang menjual souvenir dan aneka karya kerajinan khas Samosir.
Bagian dari lokasi wisata sekitar Danau Toba yang paling banyak diminati turis mancanegara adalah Tuktuk. Namun, sejak pandemi sebagaimana dialami juga oleh destinasi lainnya di Indonesia, Tuktuk juga tak pelak mengalami kelesuan yang serupa.
Namun, beberapa waktu belakangan ini geliat wisata juga sudah semakin menampakkan gairahnya. Walaupun masih didominasi wisatawan domestik.
Mari berkunjung ke Danau Toba. Danau dengan beragam wajah mempesona, warisan berharga bagi dunia dari Sumatra Utara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H