Zero saat ini hidup dengan beberapa peluru senapan angin yang masih bersarang di tubuhnya.
Zero adalah seekor anjing peliharaan milik sepasang suami istri yang menempati sebuah gubuk di tengah ladang di desa Lau Riman, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo. Selain bersama Zero, mereka tinggal di gubuk sederhana berpenerangan tenaga surya bersama tiga ekor anjing kesayangannya yang lain.
Adalah Jabut, Beby, dan Princess nama anjing yang tiga lagi. Zero dan Jabut adalah anjing jantan, sedangkan Beby dan Princess adalah anjing betina.
Awalnya, pasutri ini memperoleh Zero dari kerabatnya di desa Suka. Saat itu usianya masih beberapa bulan, sang pemilik berencana menjualnya ke pemilik lapau tuak yang ada di desa itu.
Karena merasa tidak tega melihat Zero kecil yang bak boneka dijual ke lapau tuak untuk dijadikan tambul (penganan untuk pelengkap minum tuak di lapau), pak Tepu pun membeli Zero kecil beberapa ratus ribu rupiah.
Kisah kebersamaan Zero dan pak Tepu bersama istrinya pun berlanjut sejak saat itu hingga kini Zero berusia 5 tahun. Anak-anak pak Tepu sudah dewasa dan merantau ke kota lain. Jadi dia hanya tinggal berdua bersama istrinya di ladang ditemani keempat anjing kesayangannya.
Kisah persahabatan manusia dan anjing terutama lewat kisah Zero kembali menorehkan bukti bahwa hewan bisa menjadi sahabat yang melampaui bayangan kita. Zero dan anjing mereka yang lain tidak hanya membantu menjaga gubuk dan ladang.
Zero, Jabut, Beby, dan Princess sudah seperti anak kandung bagi pasutri ini. Tidak jarang mereka mejeng sore-sore naik beca motor tua milik pak Tepu.
Apabila pak Tepu atau istrinya lupa pamit kepada salah satu dari mereka, tak jarang anjing-anjing ini menyusul mereka berdua ke warung atau tempat lain di mana mereka berdua biasa nongkrong.
Itu adalah jarak berkilo meter dari gubuk mereka dan melewati banyak ladang atau kampung dengan masing-masing anjing penjaga yang tidak sedikit. Anjing-anjing mereka ini seperti sudah terlatih berkomunikasi secara "humanis" dengan hewan lainnya, tidak saja sesama anjing.
Istri pak Tepu berkisah bahwa Zero pernah menyelamatkan seekor anak kera yang masih kemerahan yang terpisah dari ibunya. Anak kera ini terjatuh dari pangkuan ibunya saat kawanan dihalau pak Tepu dari ladangnya.
Percaya atau tidak, karena sudah disapih oleh manusia, kera kecil itu sudah ditolak kawanannya ketika pak Tepu mengembalikannya ke hutan. Tapi begitu melihat Zero, anak kera itu langsung naik ke punggungnya seperti meminta dibawa pulang ke gubuk.
Keajaiban Zero dan Kisah Inspiratif Persahabtan, sebuah Permenungan Paskah
Zero saat ini hidup dengan beberapa peluru senapan angin yang masih bersarang di tubuhnya. Sekitar 3 bulan yang lalu Zero ditembak dengan sengaja karena diduga memangsa kelinci peliharaan tetangga sebelah.
Zero tertembak di kepala, leher, dada, dan kakinya. Zero yang malang dimasukkan ke karung goni dan rencananya mau disembelih oleh beberapa orang pemuda untuk disantap dagingnya.
Kebetulan, pak Tepu dan istrinya diundang oleh para pemuda itu untuk ikut menyembelih Zero, untuk dipanggang dan disupkan dagingnya. Saat itu Zero yang malang sudah sekitar 3 jam dimasukkan ke karung goni.
Perasaan istri pak Tepu resah dan cemas melihat karung goni yang berisi anjing hasil penembakan itu. Dia meminta suaminya untuk mengeluarkan isi karung yang mereka bawa sendiri ke lokasi penyembelihan dengan beca motornya itu.
Ternyata benar, karung itu isinya adalah Zero yang sudah sekarat selama 3 jam. Mereka pun histeris sehingga mengagetkan para pemuda itu.
Pak Tepu dan istrinya tak terima dengan kejadian itu. Mereka tak terima Zero dibilang maling kelinci.Â
Telur-telur ayam peliharaan mereka saja di ladang tidak pernah diganggunya. Bahkan anak-anak ayam mereka dijaga oleh Zero.
Begitu kata istri Pak Tepu mengenang kisahnya. Dalam sedu sedan keduanya, pak Tepu dan istrinya, akhirnya Zero pun dibawa oleh beberapa pemuda itu ke klinik hewan yang ada di kota pada tengah malam itu juga untuk diselamatkan nyawanya.
Karena peralatan yang ada di klinik Kabanjahe tidak memadai maka Zero pun dioper ke klinik yang lebih lengkap di Medan. Zero pun dioperasi.
Kini Zero sudah mulai pulih setelah menjalani operasi pengangkatan sebagian proyektil yang bersarang di badannya. Kini masih tersisa beberapa proyektil yang tidak memungkin lagi untuk diangkat dari badannya.
Selama 7 hari dirawat di klinik hewan di Medan pasca operasi dan sebulan lamanya dirawat inap di klinik hewan di Kabanjahe dalam rangka pemulihan. Zero kini kembali ke gubuknya di tengah ladang di desa Lau Riman.
Zero bagi sepasang suami istri ini sudah seperti anak sulung mereka. Zero juga tampak seperti kakak yang perhatian dan sangat melindungi bagi ketiga anjing lain yang seperti adik-adiknya, Jabut, Beby, dan Princess.
Kisah inspiratif Zero rencananya mau difilmkan, kata sang pemiliknya bermarga Sitepu ini, dengan dukungan orang-orang yang terinspirasi dengan kisah inspiratif dan keajaiban kesempatan hidup kedua kali Zero.
Pasangan suami istri yang tinggal di ladang ini memiliki pandangan yang menempatkan hewan seperti anjing-anjing peliharaannya tidak lebih rendah dari manusia. Kata pak Tepu, bukankah Tuhan lebih dahulu menciptakan hewan dari manusia? Kalau begitu bukankah mereka lebih tua dari kita manusia?
Pertanyaan yang tidak perlu dijawab itu kiranya maksud pak Tepu adalah sebuah pesan moral untuk dijadikan permenungan. Jika anjing saja memiliki kesetiaan yang tulen seperti itu, lalu di manakah posisi kita sebagai manusia yang merasa diri sebagai ciptaan yang paling mulia di antara segala ciptaan yang lain?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI