Namun, seiring dengan melandainya kasus positif Covid-19 secara nasional, regional, dan lokal, ada rencana untuk kembali membuka museum ini setiap hari. Tiket masuk pun murah sekali, hanya sekadar sumbangan untuk mendukung swadaya operasionalnya, orang dewasa Rp5.000, SMA Rp3.000, SMP Rp2.000, dan anak kecil/ TK/ SD Rp1.000 per orangnya.
Sejauh yang diingat oleh Kris, masyarakat yang mereka jumpai cukup antusias untuk menyerahkan benda-benda pusaka itu untuk disimpan di museum. Bahkan mereka mendapatkan berapa koleksi yang dibiarkan begitu saja di kandang ternak karena dipandang tidak berharga oleh pemiliknya karena tidak mengetahui dengan baik nilai peninggalan itu.
Meskipun kini masih terkesan sunyi dan kurang diminati, kiranya Museum Pusaka Karo di Berastagi ini bisa terus mengalami pengembangan baik dari sisi koleksi maupun penataan pamerannya seperti harapan mendiang Pastor Leo Joosten.
Seiring dengan itu, bukan tidak mungkin orang-orang di sekitarnya pun akan semakin menyadari betapa bernilainya koleksi warisan budaya Karo yang tersimpan di jantung kota Berastagi itu. Semoga semakin banyak pula orang yang menaruh perhatian terhadap kelangsungan hidup museum itu atau bahkan perkembangannya.
Mejuah-juah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H