Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Air Panas Gunung Sinabung, Menyingkap Berkat Alam yang Tersembunyi

27 Maret 2022   23:10 Diperbarui: 28 Maret 2022   00:01 1442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu masuk pemandian air panas alam "Alros" desa Payung, Kec. Payung, Kab. Karo (Dok. Pribadi)

"Healing-healing, Ayok."
"Ayok kita healing, Gaes."
"Ayoklah kita healing, Bro."

Demikian bunyi pesan singkat dari teman, anggota keluarga, yang sering muncul belakangan ini melalui aplikasi pesan instan. Kita memang butuh disembuhkan, kita perlu berobat.

Mandi air panas adalah salah satu aktivitas yang banyak disenangi oleh para wisatawan, terutama wisatawan domestik, yang berkunjung ke Tanah Karo. Destinasi wisata pemandian air panas yang sudah dikenal luas oleh para wisatawan adalah pemandian air panas di desa Semangat Gunung atau Raja Berneh.

Sumber mata air panas desa Semangat Gunung adalah dari gunung berapi Sibayak. Salah satu gunung berapi aktif yang berada di Kabupaten Karo ini memang tampak senantiasa mengepulkan uap panas bumi, gas fumarol, dan aroma belerang yang sangat kuat di sekitar desa yang menyediakan banyak tempat pemandian air panas ini.

Barangkali belum banyak orang yang mengetahui bahwa ada alternatif pemandian air panas alam di Tanah Karo selain yang ada di sekitar kaki gunung Sibayak ini. Di mana lagi kalau bukan di sekitar kaki gunung Sinabung.

Eits, tenang dulu. Tidak melulu bila mendengar nama Sinabung maka yang terbayang adalah kondisi desa-desa mati di bawah kaki gunung berapi yang sudah ditinggal pergi penduduknya.

Sekilas Riwayat Erupsi Gunung Sinabung

Koleksi memori penduduk Tanah Karo khususnya, tidak terbatas bagi yang tinggal di sekitar lingkar Sinabung, bahkan juga warga Sumatera Utara umumnya, serta warga masyarakat dari daerah lain akan terpicu begitu mendengar kisah tentang erupsi gunung Sinabung. Ingatan kita pun akan terhubung dengan karakter erupsi terus menerus dalam rentang waktu yang cukup panjang dari gunung berapi yang bertipe strato volcano ini.

Salah satu jalur lahar dingin Sinabung di desa Payung (Dok. Pribadi)
Salah satu jalur lahar dingin Sinabung di desa Payung (Dok. Pribadi)

Bila kita kembali mereviu sekilas sepak terjangnya, gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Namun, ia aktif kembali dan mengalami erupsi pada 27 Agustus 2010 yang lalu.

Sejak itu gunung ini dinyatakan sebagai gunung berapi aktif tipe A dan berada dalam status awas atau level IV. Itu adalah status yang menyatakan potensi ancaman level tertinggi terkait kebahayaan gunung berapi.

Statusnya sempat dinyatakan turun menjadi siaga, level III, pada tahun 2011 yang lalu. Namun, sejak tanggal 24 November 2013 status awas, level IV, Sinabung tidak pernah diturunkan lagi hingga bulan Mei 2019 karena adanya peningkatan aktivitas kendati fluktuatif.

Pada tanggal 20 Mei 2019, pukul 10.00 WIB, status Gunung Sinabung diturunkan dari status awas, level IV, menjadi siaga, level III. Hal ini dijelaskan melalui surat Kepala Pusat Vulkanologi Nomor 948/45/BGL.V/2019 tanggal 20 Mei 2019.

Memaknai Kembali Eksistensi Sinabung, Pelajaran dari Erupsi

Sinabung, dalam sebuah rentang masa kejayaan yang cukup panjang selama lebih dari 400 tahun hingga erupsi kembali pada 2010 yang lalu, telah dianggap sebagai simbol kesuburan dan dijadikan simbol kesatuan kultural masyarakat Tanah Karo. Namun, ia ternyata dapat juga menebarkan ancaman bahaya melalui erupsi.

Gunung Sinabung yang damai dengan puncak berselimut kabut tampak di kejauhan dari Puncak 2000 Siosar (Dok. Pribadi)
Gunung Sinabung yang damai dengan puncak berselimut kabut tampak di kejauhan dari Puncak 2000 Siosar (Dok. Pribadi)

Kenyataan erupsi sebagai bencana alam, serta masalah sosial yang datang mengiringinya, turut berbaur dengan berbagai aspek permasalahan lainnya terkait dengan keseharian masyarakat. Ada dampak lanjutan baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, bahkan persoalan yang bersifat metafisik atau berdimensi religius.

Kita tidak akan fokus membahas masalah-masalah itu lagi. Lebih baik kita melihat potensi dan peluang ke depan, lagi pula Sinabung pun sudah cukup panjang tidak menebarkan ancaman yang membahayakan beberapa waktu belakangan ini.

Bagaimana pun juga kita perlu tetap menata dan mengelola harapan. Mengenal riwayat erupsi Sinabung bisa dimaknai sebagai sebuah jalan panjang proses revitalisasi dan rejuvenasi kesembuhan diri.

Menghidupkan kembali dan meremajakan ketangguhan diri untuk hidup lebih adaptif berdampingan dengan sumber berkat sekaligus bahaya. Sinabung adalah berkat alam ciptaan dari Sang Maha Pencipta yang juga bisa marah.

Menatap ke Depan

Pada Minggu, 27/3/2022, sepulang dari ibadah Minggu, kami menghubungi seorang teman yang mengelola sebuah rumah makan khas Karo yang berlokasi di desa Tiga Pancur. Lokasinya berjarak sekitar 45 menit perjalanan dari Kabanjahe, ibukota Kabupaten Karo.

Kami pernah diajak oleh teman ini untuk mandi air panas di pemandian air panas alam di desa Payung. Kami berencana ke sana bersama keluarga.

"Oh, boleh. Dari tempatku hanya butuh waktu sekitar 15 menit perjalanan ke pemandian air panas itu," katanya di ujung sambungan telefon. Tanpa menunggu lama, kami pun segera meluncur ke sana setelah menerima berkat dari ibadah Minggu siang itu.

Tiba di Tiga Pancur, kami juga menyantap berkat jasmani terlebih dahulu sebelum mandi-mandi di kolam air panas di kaki gunung Sinabung itu.

Makan siang di rumah makan khas Karo, BPK Bima, desa Tiga Pancur (Dok. Pribadi) 
Makan siang di rumah makan khas Karo, BPK Bima, desa Tiga Pancur (Dok. Pribadi) 

Begitu tiba di lokasi pemandian air panas itu, kita tentu saja bisa menyaksikan dampak dahsyat erupsi melalui tampilan jalur lahar dingin yang dipenuhi material seperti pasir dan bebatuan. Namun, dari kejauhan tampak badan gunung Sinabung pada bagian ini masih hijau karena lokasi ini bukan merupakan arah bukaan dampak erupsi, apakah itu guguran awan panas atau semburan debu vulkanik.

Jalur aliran lahar dingin sebagai dampak erupsi Gunung Sinabung (Dok. Pribadi)
Jalur aliran lahar dingin sebagai dampak erupsi Gunung Sinabung (Dok. Pribadi)

Setelah sejenak meresapi kebesaran Sang Maha Pencipta dan dahsyatnya kekuatan alam lewat tampilan sisa laharan di jalur lahar dingin gunung Sinabung itu, kami pun menuju sebuah lokasi pemandian air panas alam yang bernama "Alros".

Meskipun cuaca cukup terik pada siang menjelang sore itu, tidak menyurutkan antusiasme beberapa orang yang sudah lebih dahulu tiba di sana untuk menikmati kesegaran alam sambil berendam. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua.

Namun, karena mungkin belum terlalu dikenal, belum begitu banyak orang yang mandi-mandi di pemandian air panas alam ini. Beberapa yang sempat bertegur sapa dengan kami datang dari desa di Kecamatan Juhar, ada juga yang dari Kabanjahe, dan tentu saja dari daerah di sekitar Kecamatan Payung yang merupakan wilayah administratif lokasi pemandian ini.

Pintu masuk pemandian air panas alam
Pintu masuk pemandian air panas alam "Alros" desa Payung, Kec. Payung, Kab. Karo (Dok. Pribadi)

Tiket masuk pun cukup bersahabat, hanya Rp10.000 per orang bagi orang dewasa dan Rp5.000 bagi anak-anak. Menariknya, harga jajanan dan makanan minuman yang dijual di kedai sekitar pemandian ini harganya sama dengan harga jual di warung pada umumnya, bukan naik gila-gilaan seperti sering ditemukan sebagai catatan yang kurang baik di daerah tujuan wisata kita pada umumnya.

Suasana di pemandian air panas alam
Suasana di pemandian air panas alam "Alros" desa Payung, Kec. Payung, Kab. Karo (Dok. Pribadi)

Sumber air panas alami yang ada di sekitar pemandian air panas
Sumber air panas alami yang ada di sekitar pemandian air panas "Alros" desa Payung, Kec. Payung, Kab. Karo (Dok. Pribadi)

Semoga kenyataan itu tidak terlepas dari pemahaman bahwa kita telah memperoleh banyak dari alam melalui pariwisata kita. Oleh sebab itu kita pun bertanggung jawab untuk ikut berbagi menghadirkan kesan positif bagi siapa saja yang hadir menikmatinya bersama-sama dengan kita.

Kita perlu lebih menyadari bahwa apa yang kita petik dari alam yang cenderung menjadi semakin sakit ini adalah demi kesembuhan diri kita sendiri.

Bukankah dari sana asal pemahaman itu, sehingga kita kini sangat suka menyebut jalan-jalan ke alam sebagai "healing", Gaes, Bro.

Udah, itu aja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun