Hampir setahun, tepatnya tujuh bulan dua hari, sejak 8 umbi ubi jalar dan 2 umbi kentang itu saya tanam.Â
Hari ini kami akan memanen ubi jalar yang sudah tumbuh merambat ke mana-mana meskipun awalnya ditanam pada sebedeng gundukan tanah.
Sementara itu, ubi kayu yang ditanam bapak mati semua. Ia kalah bersaing dengan gulma dan semak-semak yang tumbuh lebih subur dan berkembang lebih cepat.
Jadi benarlah seperti pesan rasul Paulus. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama, dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.
Karena sudah terlambat dipanen, banyak di antara umbi-umbian ini yang paling besar sudah lebih dahulu dilahap hewan pengerat.Â
Namun, umbi yang dulunya hanya 10 biji sudah menjadi satu ember penuh ketika dipanen, itu pun belum semua.
Namanya pun ubi jalar, daunnya merambat entah ke mana-mana. Dari satu bedengan kecil itu saja, daunnya bisa sampai menjadi dua gerobak dorong.Â
Dulu, pada saat masih kecil saya mengingat bahwa daun ubi jalar ini diolah menjadi makanan ternak.
Ubi jalar yang berwarna ungu ini bisa diolah menjadi kolak, dicampur bersama pisang. Atau bisa juga sekadar dikukus.