Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Natal Istimewa di Gereja Kayu, Bersama Awan dan Cahaya

26 Desember 2021   10:16 Diperbarui: 26 Desember 2021   10:34 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibadah Natal 2021 di Gereja Kayu, Siosar, 25/12/2021 (Dok. Pribadi)

Awan dan cahaya seolah menyertai hari-hari warga dan jemaat di Siosar agar tetap bersabar dan meneguhkan hati dalam melewati kesesakan.

Seorang teman mengirimkan ucapan selamat Natal. Bahwa Natal adalah momen untuk mengingat orang-orang istimewa yang berada di sekeliling kita, baik dalam suka maupun duka.

Bahwa ada keajaiban yang lahir dari hal yang sederhana sekalipun, Natal adalah salah satu buktinya. Kelahiran Kristus dalam sebuah palungan di kandang domba, kemuliaan yang turun ke tempat paling hina.

Namun, kesederhanaan dalam bentuknya yang paling hina sekalipun ternyata memberkati hidup manusia secara ajaib, mendatangkan kedamaian dan sukacita.

Ada juga seorang teman yang lain mengucapkan selamat hari Natal, dan berharap semoga damai Natal akan tinggal di hati, menjadi cahaya di keluarga dan sesama.

Semua ucapan itu jelas membawa rasa suka cita dan damai di hati. Ada perasaan istimewa karena diingat oleh teman dan keluarga.

Sebaliknya, mereka juga merasa istimewa karena diingat dan diberi ucapan oleh kita. Puji Tuhan, bisa mengikuti ibadah Natal 2021 pada 25 Desember bersama saudara-saudari yang istimewa di Gereja Kayu, Siosar.

Kebaktian Natal di tempat istimewa bersama umat yang istimewa, bukan karena acara ibadah Natal yang dikemas dengan megah dan tempat acara yang mewah. Gereja Kayu ini sendiri didirikan pada tahun 2018.

Pada saat itu jemaat Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) desa Bekerah Simacem, Siosar, bergotong-royong membangun gereja yang disebut sebagai Gereja Kayu. Material bangunan memang sebagian besar dari kayu, dengan atap seng dan beralaskan tanah.

Ibadah Natal 2021 di Gereja Kayu, Siosar, 25/12/2021 (Dok. Pribadi)
Ibadah Natal 2021 di Gereja Kayu, Siosar, 25/12/2021 (Dok. Pribadi)

Kini setelah 3 tahun berlalu, dinding gereja yang terbuat dari kayu sudah mulai lapuk. Lantainya memang masih awet karena beralaskan tanah yang dilapisi dengan batu-batu kerikil, begitu pun sengnya.

Apa yang Istimewa?

1. Natal sebagai Sebuah Proses

Suasana ibadah terasa begitu hangat. Apakah karena bangunan gereja yang kecil, sedangkan jemaat yang hadir juga tidak terlalu ramai? Kebanyakan kaum ibu, dan anak-anak.

Suasana ibada Natal 25/12/2021 di Gereja Kayu, Siosar (Dok. Pribadi)
Suasana ibada Natal 25/12/2021 di Gereja Kayu, Siosar (Dok. Pribadi)


Persembahan pujian dari para remaja dan umat dewasa, koor dari umat lanjut usia, serta tari-tarian anak kecil tampak sekali sudah dipersiapkan sejak lama. Sekurangnya sejak sebulan yang lalu. Itu adalah salah satu keistimewaan dalam Natal, proses menuju perayaannya bukan semata perayaan hari H-nya.

Biasanya di kampung kami latihan-latihan untuk persiapan Natal, apakah itu koor (paduan suara) atau vokal grup baru bisa dilakukan pada malam hari. Sebab, sebagian besar jemaat baru pulang dari ladang saat sore menjelang malam.

2. Jemaat yang Mampu Bersukacita Meskipun dalam Kesusahan

Keistimewaan yang kedua adalah jemaat gereja kayu itu sendiri. Mereka adalah warga desa dari kawasan lingkar gunung Sinabung, yang menjadi saksi hidup keajaiban Tuhan melalui erupsi Gunung Sinabung.

Apalagi yang lebih hebat menjadi kesaksian dibandingkan sebuah peristiwa yang membuat kita merasa seakan berada di ambang hidup dan mati? Salah satunya adalah peristiwa bencana alam, seperti halnya erupsi Gunung Sinabung pada 2010 yang lalu itu.

Anak remaja bersiap mempersembahkan puji-pujian dalam ibadah Natal di Gereja Kayu, Siosar (Dok. Pribadi)
Anak remaja bersiap mempersembahkan puji-pujian dalam ibadah Natal di Gereja Kayu, Siosar (Dok. Pribadi)

3. Bersama Awan dan Cahaya

Keistimewaan yang ketiga adalah hubungan lokasi letak gereja di ketinggian Siosar dengan awan-awan dan cahaya.

Semburat berkas cahaya mentari pagi menyinari ladang warga di Siosar (Dok. Pribadi)
Semburat berkas cahaya mentari pagi menyinari ladang warga di Siosar (Dok. Pribadi)

Ketinggian letak suatu tempat, yang diukur dari atas permukaan laut, akan berpengaruh terhadap suhu udara, intensitas sinar matahari, kelembaban udara, dan angin.

Berbagai proses dalam kehidupan makhluk hidup tergantung kepada cahaya. Dengan kata lain cahaya adalah sumber kehidupan.

Kesemua unsur ini berhubungan dengan perbedaan jenis dan tingkat pertumbuhan tanaman. Sebagian besar jemaat, kalau boleh dikatakan bahkan hampir seluruhnya, bekerja sebagai petani.

Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu tempat tersebut. Intensitas cahaya matahari juga semakin berkurang.

Hal ini menjelaskan mengapa tanaman buah-buahan di dataran rendah berbunga lebih awal dari pada di dataran tinggi.

Dicatat dari berbagai sumber, suhu udara kering atmosfer bumi dikatakan lebih dingin sekitar 1 derajat Celcius setiap kenaikan tegak 100 m. Hal ini disebabkan udara yang naik akan memuai karena tekanan lebih rendah pada elevasi yang lebih tinggi.

Kenyataan kondisi alam yang seperti ini barangkali ikut membentuk pribadi orang pegunungan yang harus gigih mengolah ladang, dan sabar menanti berkat-berkat hasil bumi melalui tanamannya.

Mengutip isi kitab Yakobus  Pasal 5 ayat 7 sampai 8, katanya demikian:

"Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. 5:8 Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!"

Ibadah Natal di Gereja Kayu bersama jemaat yang istimewa ini memberikan permenungan bahwa penderitaan dan kesusahan dalam hidup memang membawa pengajaran berlipat-lipat dalam kehidupan manusia.

Sudah susah akibat harus mengungsi dan pindah sama sekali dari kampung halaman, kemudian harus bekerja lebih keras mengolah tanah di tempat yang tanamannya menghasilkan sesuatu lebih lama dari tanaman di kampung yang dulu.

Sebuah proses yang menuntut lebih banyak kesabaran dan keteguhan hati biasanya menghasilkan sesuatu yang lebih berkualitas dan bernilai tinggi.

Sebab itulah Natal di Gereja Kayu terasa menjadi istimewa. Jemaat dalam persembahan dan puji-pujiannya menempuh sebuah proses yang menuntut lebih banyak kesabaran dan keteguhan hati.

Apa pun hasilnya pada saat perayaan Natal itu adalah pujian bagi nama Tuhan. Seperti Yesus yang lahir dengan mengambil rupa sebagai manusia dalam sosok seorang hamba.

Semata-mata hanya untuk mendekatkan diriNya yang kudus dengan manusia yang berdosa. Selamat natal dari negeri di atas awan.

Kiranya damai sejahtera yang melampaui segala akal akan  senantiasa memelihara hati dan pikiran kita, dan membawa damai sejahtera  turun bersemayam di antara kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun