Sabtu, 11 Desember 2021, GBKP Musik Tiup (GMT) mempersembahkan seni pertunjukan nan bersahaja dalam suasana menyambut Natal di Puncak 2000 Siosar.
Persembahan lagu-lagu yang dikemas dalam format konser mini musik tiup dipadu band ini dalam rangka ikut mengambil bagian menghidupkan suasana Natal tahun ini.
Pertunjukan bakat dan talenta dari sekelompok remaja kota Kabanjahe ini digelar mulai dari pukul 16.00 wib hingga pukul 20.30 wib di sebuah taman dengan pemandangan yang indah di komplek Zia Cafe, yang dikenal juga dengan kawasan Kacinambun Highland, Puncak 2000 Siosar.
Takayal, panorama salah satu kawasan tujuan wisata favorit teranyar Tanah Karo ini membuat suasana konser mini semakin malam menjadi semakin syahdu.
Tidak semata karena dentum suara gebukan drum atau lengking suara seperangkat musik tiup yang tampak mengecil manakala dilepasbebaskan di bentang alam yang akbar bak mahakarya sang Ilahi, tapi kabut yang menyelimuti alam perbukitan membuat kita bisa meresapi bahwa Natal sesungguhnya adalah momen yang sepi.
Bahkan, tidak saja sepi, Natal adalah momen kesahajaan yang menjadi jembatan antara Dia yang Agung dengan manusia hina dina dalam rupa gembala, karena keagungan luruh hingga titik nadir di kandang domba, dalam sebuah palungan.
Itu gambaran pada sekitar 2000 tahun silam, yang tetap bisa menemukan aktualisasi di Puncak 2000 Siosar kini.
Bukan karena apik dan megahnya pertunjukan pada hari itu, tapi kesempatan mempersembahkan talenta dan bakat dari para remaja dalam kesahajaan ini adalah bentuk lain merayakan syahdunya kehidupan.
Bagaimana tidak, berbagai tantangan kehidupan masa kini yang nyaris merenggut nilai kebahagiaan yang hakiki, ternyata masih menyelipkan sedikit dari banyak hal yang sebetulnya sering luput dari kesadaran sebagian kita.
Bahwa kebahagiaan sebetulnya tidak pernah hilang, hanya bentuknya yang berubah. Bila anak muda dan remaja, bahkan orang dewasa kini, menemukan kebahagiaannya dalam isolasi, tersamar atau terang-terangan, sebetulnya masih tetap ada kesyahduan dalam kebersamaan meskipun terbatas.
Sore hingga malam pada malam minggu nan syahdu di taman itu adalah satu lagi rangkaian bentuk penantian kedatangan Natal yang berulang tapi sebenarnya mengandung kebaruan bila dimaknai secara berbeda.
Bukankah Natal sebetulnya bentuk semangat berbagi ketimbang menerima?
Bila orang majus dari Timur pada 2000 tahun yang lalu memberikan persembahan emas, kemenyan dan mur kepada Dia yang lahir menurut ramalan bintang-bintang, itu sebetulnya hanya bentuk penerimaan atas Dia yang lebih dahulu memberikan kemulianNya tergeletak dalam kehinaan yang paling dasar.
Semata-mata agar manusia masih bisa menemukan kebahagiaan dalam dunianya yang semakin absurd dan merosot justru dalam kemegahannya.
Lagu-lagu bernuansa Natal dan beberapa lagu pop sekuler yang diputar atas permintaan segelintir penonton yang hadir saat konser itu hanya wujud lain persembahan paling berharga yang bisa diberikan manusia-manusia yang senantiasa hidup dalam penantian.
Ya, manusia-manusia yang menantikan hadirnya momen-momen yang bisa memberikan rasa bahagia terselip di antara penatnya beban kehidupan yang seolah tak bertepi.
Penemuan akan sisi syahdu Natal dengan kemasan nada yang ceria dan bersemangat, tergambar dalam latar lagu Feliz Navidad. Itu sebuah lagu Natal dalam bahasa Spanyol dengan lirik sederhana tapi menyentuh hati dan perasaan.
"Feliz Navidad, prospero ano y felicidad". Selamat menyambut Natal, selamat menyambut sebuah tahun yang sejahtera dan penuh dengan kebahagiaan. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H