Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Membuat Karya 3 Dimensi Berbahan Sabun Batangan

5 Desember 2021   00:30 Diperbarui: 6 Desember 2021   13:30 1690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karya 3 dimensi berbahan sabun batangan (Dok. Pribadi)

Bagi anak-anak yang tumbuh berkembang di era 90-an, ada manfaat lain dari sabun batangan, selain untuk mencuci dan mandi.

Di kampung kami, sabun batangan cap telefon adalah perlengkapan wajib bagi ibu-ibu setiap kali mereka akan mencuci ke kamar mandi umum. Pada masa 90-an belum semua rumah warga memiki kamar mandi di rumah.

Sabun colek pun masih jarang dipakai. Umumnya sabun cap telefon dipakai untuk menghasilkan busa ketika mencuci baju atau mencuci piring.

Begitu pun ketika mandi, sabun cair bahkan belum dibayangkan ada oleh warga kampung kami pada masa itu. Padahal sudah biasa dipakai di belahan bumi yang lain.

Sabun dan Tugas Karya 3 Dimensi dari Guru

Bagi anak-anak di kampung kami, biasanya yang duduk di bangku SD, sabun batangan mempunyai manfaat lain. Pada masa itu kami belum mengenal plastisin, bahan sintesis yang bisa dibentuk menjadi berbagai macam objek itu.

Guru sekolah kami pada masa itu mengenalkan kepada kami bahan lain. Sabun batangan cap telefon, berbentuk balok berwarna biru muda.

Bahan itu biasa kami pakai untuk menghasilkan berbagai bentuk hasta karya yang tak kalah cantiknya. Sabun batangan adalah bahan yang murah meriah untuk menghasilkan karya 3 dimensi bagi anak-anak sekolah dasar.

Tak jarang, tugas pekerjaan tangan atau hasta karya untuk penilaian di sekolah pada masa itu dihasilkan dari olah cipta dan karsa menggunakan bahan yang satu ini.

Cara membuatnya juga sederhana. Cukup menyediakan model atau objek yang akan ditiru, bahan sabun batangan secukupnya, dan pisau atau pahat-pahat kecil.

Bagi yang aktif berimajinasi bisa juga cukup bermodalkan intuisi dan keberanian berkarya saja. Meskipun kami belum  pernah mengunjungi tugu monas dan menara eifel pada masa itu, tak jarang tangan-tangan kecil anak-anak kampung kami pada masa itu bisa menghasilkan miniatur objek-objek terkenal dari berbagai belahan dunia yang hanya pernah dilihatnya dari televisi atau lembaran-lembaran kalender dinding.

Perlu menyediakan bahan sabun batangan secukupnya karena tak jarang kekuranghati-hatian sebagai ciri khas anak-anak usia SD umumnya, menyebabkan bahan jadi rusak, patah, atau copot saat dibentuk.

Ada empat teknik dasar membentuk karya tiga dimensi berbahan sabun batangan. Teknik itu meliputi membutsir, mencetak, mencukil, dan menempel.

Membutsir berarti memijat dan menenakan-nekan bahan untuk menghasilkan bentuk yang diinginkan. Sedangkan, mencukil berarti mengorek bahan sedemikian rupa sehingga didapatkan lekuk atau lengkungan meyerupai objek yang menjadi model.

Butuh ketelitian dan kesabaran menggunakan keempat teknik pembuatan karya tiga dimensi ini. Apalagi pada saat ini, ukuran sabun cuci batangan juga tidak lagi sebesar ukurannya pada masa 90-an itu.

Apakah ini ada hubungannya dengan motif ekonomi atau laju tingkat inflasi yang membuat industri memperkecil ukuran produk-produknya untuk menekan biaya produksi? Ataukah tren mengikuti inovasi industri umumnya yang kini mampu memperkecil ukuran berbagai barang yang dulunya besar-besar?

Anak-anak sekolah dasar, dulu dan kini, tentu tidak akan memikirkan hal sejauh itu. Lagi pula pekerjaan tangan untuk tugas sekolah menggunakan bahan sabun cuci batangan juga mungkin sekarang sudah jarang.

Mau mencari bentuk alternatif pekerjaan tangan atau kreativitas untuk anak Anda, baik untuk tugas sekolah maupun mengisi waktu liburan? Tak ada salahnya mencoba membuat berbagai bentuk karya berbahan sabun cuci batangan.

Memang butuh ketelitian dan kehatian-hatian ekstra untuk membuatnya kini. Selain karena bahan sabun batangan semakin kecil kini sehingga tingkat kesalahan semakin tinggi saat membuatnya.

Di samping itu, kebiasaan anak-anak menggunakan gawai kini juga berpotensi menurunkan fokus mereka, sehingga orang tua perlu mengawasi anak-anak saat mereka menggunakan pisau cutter atau pahat-pahat kecil saat mereka berkreasi.

Membuatnya cukup mudah dan sederhana, tapi keseruannya masih sama, baik dulu maupun kini. Bentuk biji catur dalam rupa gajah dan kuda ini adalah contoh tugas hasta karya yang diberikan oleh guru anak saya yang masih duduk di bangku kelas 4 SD.

Selamat mencoba. Mengutip semboyan FIDE, organisasi catur yang terkenal itu, gens una sumus. Salam, kita semua adalah satu keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun