"Tarr...tarr..."
Bunyi letusan seperti suara tembakan senjata mengejutkan kami begitu turun dari mobil.Â
Seorang adik sepupu saya menyambut kami dari dalam rumah sambil menggenggam erat senjata yang baru saja ditembakkannya.
Ia sumringah menyambut kedatangan kami. Hari ini kami berkunjung sekalian berziarah ke makam kakek dan nenek kami.
Tidak ada yang perlu dirisaukan. Senjata dari bambu itu jelas tidak akan mengancam keselamatan siapa pun, bahkan tak juga mengancam seekor semut pun. Senjata dari bambu itu dinamakan "petar-petar".
Huruf "e" dalam kata "petar" ini adalah e taling, sebagaimana dilafalkan dalam kata bebek.Â
Seperti halnya makna yang terkandung dalam kata ulang mobil-mobilan, yang maknanya adalah mobil mainan atau bukan mobil betulan, petar-petar adalah penghasil bunyi "tarr...tarr..." mainan.Â
Petar-petar bukan senjata betulan sehingga aman dimainkan oleh anak-anak.Â
Bukan saja aman, petar-petar bahkan adalah salah satu mainan favorit anak-anak kecil yang terbuat dari bambu pada masa saya bersekolah di desa asal ibu kami, desa Serdang namanya.Â
Kebetulan hari ini kami bersama ibu, bibi-bibi saudara ibu, bapak, dan para iparnya berkumpul untuk membantu membenahi ladang di belakang rumah paman. Kami juga membenahi sebuah gubuk dari bambu di belakang rumah paman.
Beruntung rasanya karena saya mendapatkan batang bambu berukuran kecil terselip di antara potongan batang-batang bambu bahan membuat gubuk paman. Batang bambu berukuran kecil ini sangat ideal digunakan menjadi tabung petar-petar.
Saya menyampaikan maksud kepada anak-anak untuk membuatkan mereka bertiga masing-masing satu petar-petar.Â
"Horee..." teriak mereka serempak.
Saya sudah berjanji akan membuat mainan ini untuk mereka sejak tiga bulan yang lalu.Â
Kebetulan gagang untuk petar-petar ini sudah tersedia di rumah, sisa bahan pembuatan rak bunga beberapa bulan yang lalu.
Namun, bambu berukuran kecil untuk tabungnya belum ada hingga sore hari tadi.Â
Kalau dulu kami memang harus mencarinya beramai-ramai bersama teman-teman sebaya ke tengah hutan bambu.
Siapa tahu ada manfaatnya. Saya akan membagikan alat, bahan-bahan, cara membuat, dan cara memainkannya, agar petar-petar ini tidak hanya akan menjadi artefak saja pada akhirnya. Hmmm...
Alat dan bahan-bahan:
- gergaji;
- parang/ pisau;
- bilah bambu untuk gagang;
- potongan ruas bambu untuk tabung.
Sebenarnya tidak ada batasan khusus jenis bambu yang bisa dijadikan bahan untuk membuat petar-petar ini.Â
Namun, perhatian dan pengenalan akan jenis dan manfaat bambu tentu sangat bermanfaat dan menentukan ketepatan fungsi, daya tahan, dan kenyamanan saat memainkannya.Â
Hal tersebut tentu bukanlah sesuatu yang menjadi perhatian kami saat membuatnya sendiri pada masa di mana kami masih duduk di bangku kelas 4 SD.
Kali ini saya menggunakan bahan untuk gagang dari jenis "buluh belin". Tekstur batang bambu jenis ini sangat padat.
Bahkan kalau usianya sudah tua, ditandai warna daging ruas bambu yang menghitam, maka semakin keras dan padatlah bambu itu tidak mudah untuk menebangnya.Â
Bahkan terkadang besi parang bisa retak saat menebangnya, atau setidaknya berdenting saat parang beradu dengan bambu yang ditebang.
Sementara itu, untuk bahan tabungnya saya menggunakan bahan dari jenis bambu "buluh belangke."Â
Jenis bambu yang satu ini ditandai dengan ciri bagian dalam rongga bambu yang sangat berkapur.
Sebagaimana umumnya bambu, jenis bambu yang satu ini biasa digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari, baik untuk keperluan pertanian maupun keperluan biasa lainnya. Lagipula hanya bahan ini yang ada, dan saya tidak perlu repot mencarinya ke hutan.
Untuk penjelasan lebih terperinci tentang jenis dan manfaat bambu dapat dibaca pada artikel berikut ini:
Baca: Inilah 6 Jenis Rupa dan Manfaat Bambu serta Keunikannya dalam Kehidupan Suku Karo.
Cara membuat petar-petar:
Pertama, potong ruas bambu buluh belangke tembus di kedua ujungnya. Ruas bambu ini akan dijadikan tabung. Memotongnya bisa menggunakan gergaji atau parang atau pisau, tergantung nyamannya kita.
Perlu diperhatikan bahwa bocah-bocah desa yang sudah sangat akrab dengan alat dan cara kerja pertanian, terbiasa memotong bambu kecil ini dengan pisau.Â
Namun, ada baiknya bila Anda berniat membuatnya, lebih baik dampingi putra-putri Anda, terutama saat menggunakan benda-benda tajam yang berbahaya.
Selanjutnya, potong dan bentuklah bilah bambu yang akan dijadikan gagang sekaligus pelatuk dan semacam piston kecil pemicu ledakan petar-petar.Â
Bagian ini adalah bagian tersulit dalam membuat petar-petar, tapi di sini jugalah letak kebebasan imajinasi dan kreasi saat membuatnya.
Sulit, karena tabung dari ruas bambu kecil yang akan menjadi pasangannya memerlukan piston dengan ukuran yang tentu lebih kecil dari diameter lobang tabung.Â
Jadi hubungan antara gagang dan tabung petar-petar ini seperti piston dengan silinder, tapi dengan ukuran yang sangat kecil.
Tidak ada batasan bentuk dan kreasi gagang petar-petar ini. Bentuk yang saya buat adalah bentuk orisinal sesuai dengan ingatan masa kecil.Â
Sebenarnya bisa saja dibuat berbentuk gagang pistol atau senapan betulan lagaknya di film-film Cowboy atau Star Trek.
Penting untuk diperhatikan bahwa ukuran panjang tabung petar-petar ini selalu dibuat lebih panjang sekitar 1 (satu) centimeter dari pistonnya agar bisa berfungsi.
Cara memainkan:
Fungsi dalam hubungan gagang dan tabung petar-petar yang seperti piston dan silinder ini bisa dikatakan menggunakan teknik penggunaan udara mampat (compressed air technology).
Gambaran mudahnya bisa dibayangkan seperti senjata api pada masa perang jadul, mungkin Perang Dunia (PD) I.Â
Mesin dimasukkan ke dalam tabung, lalu ditekan-tekan dengan sejenis tangkai besi, baru kemudian pelatuk ditarik sehingga menghasilkan ledakan yang mendorong proyektil.
Tabung petar-petar ini adalah semacam sistem saluran yang mengalirkan udara. Udara yang diambil dari udara lingkungan kemudian ditiupkan secara paksa melalui lubang tabung yang relatif kecil. Itulah yang menghasilkan suara ledakan.
Bagaimana caranya?Â
Pertama, kita bisa menggunakan bubur kertas menjadi semacam peluru.Â
Kalau dulu pada masa kecil, kami menggunakan biji-biji tetumbuhan liar yang berukuran sesuai dengan ukuran lubang tabung.
Bubur kertas ditempelkan pada salah satu mulut lubang ujung tabung. Kemudian padatkan dengan cara memukul-mukul bubur kertas dengan pegangan gagang.Â
Setelah itu dorong bubur kertas yang sudah dipadatkan hingga piston terbenam sepenuhnya ke dalam tabung.
Lakukan sekali lagi proses yang serupa. Namun, kali ini dorongan terhadap bubur kertas yang sudah dipadatkan menggunakan piston akan mendorong udara mampat di dalam tabung yang sudah terhalang oleh peluru bubur kertas sebelumnya yang sudah menyumbat ujung tabung yang satunya lagi. Udara mampat yang didorong ini menghasilkan bunyi letusan dan melontarkan peluru kertas.
Bocah-bocah pun bersorak gembira, terkekeh-kekeh sambil menggenggam erat mainan baru mereka.Â
Proses isi ulang-tembak, isi ulang-tembak, menggunakan teknik udara mampat dalam wujud petar-petar ini terus berlangsung.Â
Sebentar lagi mamak yang akan segera mengomel mendapati peluru kertas bertebaran di mana-mana.
Biarlah, hari ini mereka tidak bisa menahan diri untuk segera bersenang-senang.Â
Besok keseruan "peperangan" petar-petar ini masih bisa dilanjutkan di sebuah ladang.
Dunia materi bukanlah sebuah ujung dari dunia ide. Apa yang tampak dalam dunia materi hanyalah hasil sebuah langkah dari sekian banyak langkah selanjutnya dari dunia ide.
Bambu bukanlah hanya sekadar bambu. Ide dan imajinasi bisa membawa keluar banyak wujud materi yang sebenarnya sudah ada dan tersimpan rapat dalam ruas-ruas batang bambu.
Selamat bersenang-senang, tarrr...tarrr...
Salam petar-petar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H