Selain terasa aman dan nyaman karena jauh dari kerumunan, puncak bukit itu juga adalah juga tempat berlibur yang tampak sesuai dengan anjuran kesehatan dalam masa pandemi. Tentu saja jauh dari kebisingan.
Sering kali kami menikmati makan siang, makan malam, dan juga makanan ringan ditemani menu olahan hasil bumi modal pergaulan itu.Â
Tentu saja, karena menu-menu itu diolah dari bahan-bahan yang dibagikan oleh orang-orang yang dipenuhi kebaikan, dan alam yang ramah memberi, tak elok rasanya bila sebagian tidak dikembalikan ke alam. Tokh alam akan memberi kembali dari benih dan bibit yang ditanam.
Semaian dan bibit yang ditanam, secara misterius, menemukan kembali awal kehidupan di dalam tanah setiap kali ia ditanam kembali. Ia kembali menjadi tunas, pucuk, bunga, umbi, dan buah yang pada saatnya dapat terhidang pada piring-piring di atas meja makan.
Tanah yang ramah selalu menyimpan misteri, dengan caranya yang khas menumbuhkan kembali biji-biji dan bibit tanaman dari dalam perut bumi.
Tidak hanya dengan manusia, ternyata dengan alam, dengan tanah, air, sinar matahari, dan udara, pergaulan menjadi sebuah modal untuk manusia bisa tetap bertahan hidup.