Aktivitas di antara para penghuni juga terasa mampu menjalin hubungan kekeluargaan dan kedekatan, bukan hanya sebatas hubungan bisnis semata. Antara penghuni dan  pemilik terjalin keakraban layaknya keluarga. Tentu saja dengan saling menghormati batasan, baik dalam etika maupun aspek kesehatan sebagaimana ketentuan pembatasan-pembatasan di masa pandemi.
Artikel mbak CP yang membahas hal itu bisa dibaca selengkapnya dalam "Kenali Konsep Villa, agar Tercipta Keasrian Rumah Anda"
dan "Homestay, Rumah Pilihan Kala Dilanda Homesick".
Wasana Kata
Membangun kehangatan di antara keluarga, dan antara keluarga dengan pelaku wisata tanpa harus mengabaikan aspek kewaspadaan dalam rangka pencegahan dampak buruk pandemi, salah satunya bisa melalui penerapan konsep hunian rumah mungil (tiny house).
Gerakan rumah kecil yang dikenal dengan istilah tiny house movement atau small house movement ini lebih menekankan pada desain daripada ukuran. Sesuai dengan anjuran untuk menghindari kerumunan pada masa pandemi, menginap di sebuah rumah kecil yang menyatu dengan taman bunga di tengah alam pegunungan adalah sebuah pilihan kegiatan wisata aman dan nyaman di masa pandemi.
Gaya hidup sederhana di rumah-rumah berukuran kecil, juga semakin digemari di tengah kampanye populer terkait kepedulian terhadap lingkungan, pertimbangan finansial, pengarusutamaan kebebasan, serta ekspresi kritis gaya arsitektur melalui sebuah rumah kecil berukuran kurang lebih 55m, dengan optimalisasi fungsi perabot dan ruang yang tersedia.
Selain ongkosnya lebih murah, rumah kecil juga adalah ekspresi kehidupan peduli ekologi yang menekankan perlunya para penghuninya mengurangi kerumitan yang dapat berdampak ekologis.Â
Selanjutnya, berikut ini adalah hasil akhir dari proses kreatif yang diberi judul "Serunya Menginap di Tartu Villa and Nursery" itu. Selamat menikmati.
Salam wisata, salam sehat dan lestari. Mejuah-juah.