Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

"Perk", Hadiah Sederhana untuk Hati yang Gembira Bagi Para Kompasianers

29 Juni 2021   00:39 Diperbarui: 29 Juni 2021   00:46 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hadiah kaos kaki sederhana dari Google Maps bagi Local Guides

"Lebih baik memberi dari pada menerima. Dia yang memberi, tidak selalu memberi dari kelebihannya. Dia yang memberi dari kelebihannya adalah hal yang biasa, tapi yang memberi dari kekurangannya adalah sejatinya sumber kegembiraan yang tidak ternilai harganya. Kita tidak bisa dituntut atas apa yang tidak kita punyai." Tulisan ini salah satu buktinya.

"Hati yang gembira adalah obat." Demikian sebuah ungkapan yang sudah sangat umum kita ketahui. Hati yang gembira menjadi obat bagi jiwa dan raga karena dengannya pikiran dan perasaan mampu mencecap perasaan cukup, kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens.

Hormon endorfin berperan penting menumbuhkan hati yang gembira. Hormon ini adalah senyawa kimia yang terdiri dari neuropeptida opioid lokal dan hormon peptida yang membuat seseorang merasa senang dan bermanfaat untuk kekebalan tubuh.

Disebutkan dalam laman wikipedia bahwa efek perasaan senang yang ditimbulkan oleh zat ini bahkan 200 kali lebih efektif dari morfin. Ia menghasilkan perasaan senang dan membangkitkan energi.

Perasaan senang dan berenergi inilah yang merangsang timbulnya zat imunitas untuk kekebalan tubuh. Imunitas atau kekebalan tubuh adalah sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki, diupayakan, dan dijaga pada masa pandemi seperti saat ini.

Mungkin semua orang sepakat bahwa jauh lebih baik bila kita bisa bergembira dari pada bersedih. Namun, yang menjadi masalah adalah tidak semua orang dan tidak selalu mudah mendapatkan kegembiraan sepanjang waktu selama hidup. Lalu, bagaimana caranya untuk kita bisa bergembira? Di manakah kegembiraan bisa didapatkan?

Kegembiraan, Endorfin, dan Coklat

Efek kesenangan dari hormon endorfin seperti zat yang terkandung di dalam es krim atau coklat. Dalam kaitannya dengan fakta itu, kita akan terhubung dengan sebuah ungkapan tentang coklat dari film Forrest Gump.

Kata tuan Forrest, "My mama always said, life is like a box of chocolates. You never know what you're gonna get."

Hidup seperti sekotak coklat, kita tidak pernah bisa mengetahui apa yang akan kita dapatkan. Apalagi hidup di bumi yang tidak melulu dipenuhi oleh coklat, kita tidak bisa memastikan apakah esok hari kita pasti akan bahagia.

Bahkan mungkin ada di antara kita yang merasa bahwa bahagia adalah satu-satunya hal yang belum dirasakan dalam hidup yang penuh dengan derita dan nestapa. Kalau begitu, bukankah kebahagiaan sebenarnya ditentukan oleh sikap kita dalam merespons segala sesuatu yang berada di dalam, di antara, dan di sekitar diri kita?

Apa yang Bisa Membuat Hati Gembira Saat Menulis?

Banyak sekali jawaban untuk pertanyaan ini. Ada yang gembira karena dengan menulis dia merasa bisa berbagi manfaat dan inspirasi dengan para pembaca. Ada yang gembira karena bisa meraih penilaian dan komentar positif dari pembaca. Ada yang gembira karena tulisannya mendapatkan label yang prestisius. Ada lagi yang lebih berbahagia karena dari tulisannya dia mendapatkan hadiah.

Rasanya adalah sebuah omong kosong kalau ada manusia yang tidak menginginkan kegembiraan dalam hidupnya, termasuk dalam hal menulis. Saya memberikan sebuah contoh dan perbandingan sederhana tentang kegembiraan yang diperoleh dari aktivitas menulis. Contoh ini mungkin jauh lebih sederhana dibandingkan dengan menulis di Kompasiana.

Pada 9 Februari 2020, saya mendapatkan sebuah pesan dari Google Maps. Ini ada hubungannya dengan saya yang telah terdafar sebagai seorang "Google Local Guides".

Bunyi pesan di kotak masuk surat elektronik itu adalah: "You've earned a special perk! Thanks to your January contributions, you've unlocked a free pair of Local Guides socks!"

Pesan di kotak masuk surat elektronik (Dokpri)
Pesan di kotak masuk surat elektronik (Dokpri)
Saya mendapatkan sepasang kaos kaki "Google Local Guides" untuk jerih lelah menulis ulasan atas tempat-tempat yang dikunjungi dan dilengkapi foto-foto yang sebenarnya tidak sampai mengeluarkan peluh apalagi hingga air mata itu. Hadiahnya dikirimkan ke alamat rumah saya di Kabanjahe, langsung dari United Kingdom. Begitu tertulis di amplop surat pengantarnya yang disampaikan oleh tukang pos.

Pada masa itu belum ada gembar-gembor soal pandemi Covid-19 di Indonesia. Belum ada hubungan makna atas gembiranya hati saat menerima hadiah senilai USD 1 atau Rp14.000 pada waktu itu dengan imun tubuh dalam kaitannya dengan langkah antisipasi pandemi Covid-19. Baru sebulan kemudian hubungan itu menjadi aktual dan tampak lebih relevan, karena pandemi telah melanda hampir seluruh negara, bahkan menjadi isu aktual di gang rumah tempat tinggal kami.

Pada saat itu, saya sebagai pemandu lokal di Google masih berpangkat bintang 5 (level 5), dengan 546 poin. Kalau tidak salah, saat itu belum sampai setahun saya menjadi local guide. 

Sepasang kaos kaki yang harganya tidak seberapa itu telah menempuh ribuan kilometer perjalanan dari Inggris Raya hingga Gang Garuda, Kabanjahe. Mungkin sudah melewati setidaknya dua benua, dua samudra, diangkut dengan berbagai moda transportasi. Aku tidak tahu berapa ongkos kirimnya, yang jelas jauh lebih mahal dari harga kaos kakinya sendiri.

Namun, barang ini tetap dikirimkan kepada seseorang yang belum sampai setahun bergabung. Dia yang menulis ulasan tanpa peluh apa lagi air mata, dan dengan gambar-gambar sekadarnya dari tempat-tempat yang dikunjunginya.

Jelas, walaupun ini tampak agak keterlaluan, saya sebagai penerima sangat senang menerimanya. Saya hanya bergumam dalam hati yang sumringah, "Terima kasih Google, saya akan selalu memakainya dengan rasa bangga sebagai seorang local guide kemana pun saya akan pergi nanti. Bagaimana pun ini adalah pemberian yang membuat hati saya bergembira untuk melalui petualangan-petualangan saya yang berikutnya." Nyatanya, kaos kaki itu tidak pernah saya pakai, saya menyimpannya di lemari kaca.

Kaos kaki Google Local Guide dari Google Maps (Dokpri)
Kaos kaki Google Local Guide dari Google Maps (Dokpri)
Usul seorang penggembira kepada pengelola Kompasiana

Iseng menggali arti kata "perk" yang muncul di kotak masuk surel pada 9 Februari 2020 itu, saya mendapatkan ada 7 arti kata "perk" dalam lektur.id, yakni memperhias diri, merecik, menjadi bergairah, menjadi gembira, merembes, menjadi giat, dan menitis.

Sementara itu, ada 5 arti kata "merecik" yang merupakan salah satu padanan terjemahan arti kata "perk" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yakni memercik, memerciki, merenjis, keluar peluh banyak, bertitik peluh.

Bila menulis seadanya di Google Maps saja diganjar hadiah begitu rupa, lalu tidakkah patut dipertimbangkan oleh pengelola Kompasiana untuk memberikan kenang-kenangan sekecil apa pun itu, setidaknya sebagai penggembira hati, kepada para Kners yang mungkin lebih "berpeluh" dalam menulis di Kompasiana dari pada sekadar menulis ulasan dan mengunggah foto di Google Maps?

Ya, ini hanya usul. Boleh dipertimbangkan boleh tidak. Sebab sepertinya, tidak semua Kners juga pernah memperoleh K-reward, sertifikat, voucher K Premium, merchandise, atau apa pun itu, apabila dia tidak memenuhi kriteria untuk itu. Padahal dia telah merasa penat dan berpeluh menuliskan tulisannya dalam bentuknya yang paling bersahaja.

Kalau usul ini bisa dipertimbangkan, syukur. Kalau bisa terwujud, puji Tuhan. Mungkin dengan kiriman "perk" itu para Kners akan semakin berbahagia, menjadi lebih giat, dan merasa gembira dalam menjalani petualangannya selanjutnya bersama Kompasiana.

Kalau tidak terwujud, mungkin kita juga tidak akan kehilangan apa-apa. Bukankah kita tidak bisa kehilangan sesuatu yang tidak kita miliki?

Referensi: 1, 2, 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun