Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Setangkup Rindu Saat Menikmati Malam di Kota Dingin Berastagi

17 Juni 2021   00:20 Diperbarui: 17 Juni 2021   22:20 2138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Perjuangan, Berastagi, saat malam hari-Dokumentasi pribadi

"Tiga Berastagi, em bena-benana,

Tang-tangna ngerana, aku ras kena"

Dua baris syair di atas adalah lirik sebuah lagu pop berbahasa daerah Karo dengan judul "Tiga Berastagi". Tiga adalah kata dalam bahasa Karo untuk pasar. Syair lagu ini bercerita tentang seseorang yang menyimpan rindu dan mengenangkan pertemuan pertamanya dengan sang kekasih hati di sebuah sudut pasar kota Berastagi.

Menurut data Kabupaten Karo Dalam Angka yang dipublikasikan oleh BPS Kabupaten Karo, jumlah penduduk kota Berastagi sebanyak 50.635 jiwa, dan dengan kepadatan sebesar 1.660,16 jiwa/km2. 

Hal ini menjadikan kota Berastagi sebagai kota terbesar kedua dari segi jumlah dan kepadatan penduduk di daerah dataran tinggi Karo setelah kota Kabanjahe, ibu kota Kabupaten Karo.

Berastagi yang berjarak sekitar 66 kilometer dari kota Medan, ibu kota provinsi Sumatera Utara, telah cukup dikenal sebagai salah satu kota wisata yang populer di Sumatera Utara. 

Kecamatan Berastagi mempunyai luas wilayah paling kecil di antara 17 Kecamatan di Kabupaten Karo, yakni seluas 30,50km2 atau 1,43% dari luas wilayah Kabupaten Karo. Wilayahnya yang kecil diapit oleh 2 gunung berapi aktif, yakni gunung Sibayak dan Sinabung.

Dekat dengan kaki gunung Sibayak, terdapat pemandian air panas. Berastagi sendiri berada di ketinggian lebih kurang 1300 mdpl. Hal ini menjadikan kota Berastagi sebagai salah satu kota terdingin di Indonesia, dengan suhu bekisar antara 16,2 sampai dengan 23,3 derajat Celcius.

Musim hujan pertama di sini biasanya dimulai pada sekitar bulan Agustus sampai dengan bulan Januari. Sementara itu musim hujan kedua adalah pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Sedangkan musim kemarau biasanya pada bulan Februari, Juni dan Juli.

Baca juga: Selamat Hari Kasih Sayang, Berastagi "I Love You"

Dengan beberapa gambaran di atas, lantas bagaimanakah suasana malam di kota dingin ini? Yuk! Mari ikuti sekilas liputannya.

1. Cuci Mata Sambil Berbelanja di Pasar Buah Berastagi

Kondisi alam pegunungan dan klimatologi kota kecil nan dingin ini membuat Berastagi dikenal sebagai penghasil buah, terutama jeruk dan markisa. Kini semakin banyak pula yang membudidayakan buah strawberry, salak, dan sebagainya.

Memang ada satu buah khas yang kini sudah sangat jarang dijumpai di sini, buah kesemek namanya. Saat masih kecil dan dulu tinggal di kota ini, kami sering menyebutnya sebagai "buah apel Berastagi."

Sebagai kota wisata, meskipun bukan pada hari libur, kita bisa menjumpai berbagai buah-buahan khas maupun yang didatangkan dari daerah lain dijual di kota ini. Tempatnya juga buka sampai malam hari, pasar buah Berastagi namanya.

Cuci mata sambil berbelanja di pasar buah Berastagi-Dokumentasi pribadi
Cuci mata sambil berbelanja di pasar buah Berastagi-Dokumentasi pribadi
Aktivitas ekonomi di Berastagi memang terpusat pada produksi sayur, bunga-bunga, buah-buahan dan pariwisata. Berastagi merupakan salah satu penghasil sayur dan buah-buahan terbesar di Sumatra Utara. Bahkan beberapa di antaranya sudah diekspor, antara lain ke Singapura dan Malaysia.

2. Menikmati Aneka Jajanan Malam

Kepadatan penduduk kota Berastagi berhubungan erat dengan potensinya sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di provinsi Sumatra Utara. Banyak kegiatan perhotelan, niaga, dan jasa yang berhubungan dengan aktivitas bidang pariwisata yang dapat ditemukan di kota ini.

Tugu Perjuangan, Berastagi, saat malam hari-Dokumentasi pribadi
Tugu Perjuangan, Berastagi, saat malam hari-Dokumentasi pribadi
Jajanan malam di sekitar Tugu Perjuangan kota Berastagi-Dokumentasi pribadi
Jajanan malam di sekitar Tugu Perjuangan kota Berastagi-Dokumentasi pribadi
Di sekitar Tugu Perjuangan Berastagi, yang menjadi ikon jantung kota ini, kita akan menjumpai sentra jajanan malam. Aneka makanan dan minuman yang cocok dinikmati di tengah dinginnya malam dapat kita temukan di sini.

Salah satu di antaranya yang sudah ada sejak dahulu adalah sentra jajanan jagung rebus dan jagung bakar. Para penjual makanan olahan dari jagung ini juga menjual minuman air tebu manis segar yang biasanya lebih afdol dinikmati saat siang hari.

Menikmati jagung rebus di sekitar pasar buah kota Berastagi-Dokumentasi pribadi
Menikmati jagung rebus di sekitar pasar buah kota Berastagi-Dokumentasi pribadi
3. Menikmati Dingin Malam Sambil Nongkrong di Cafe

Sekitar 4 tahun belakangan ini sudah semakin menjamur aneka cafe yang unik dan nyaman dengan panorama yang indah di kota ini. Mungkin mirip halnya dengan fenomena di daerah-daerah wisata lainnya di Indonesia kini.

Sekilas, suasana malam di kota ini mungkin bisa disandingkan dengan suasana dingin malam di daerah puncak Bogor, kota wisata Batu-Malang, atau Dago di Bandung. Tentu setiap daerah ini memiliki kekhasannya masing-masing meskipun mirip-mirip dalam hal iklim dan cuaca.

Panorama malam kota Berastagi dilihat dari puncak bukit Gundaling-Dokumentasi pribadi
Panorama malam kota Berastagi dilihat dari puncak bukit Gundaling-Dokumentasi pribadi
Menikmati suasana malam di sebuah cafe di Berastagi-Dokumentasi pribadi
Menikmati suasana malam di sebuah cafe di Berastagi-Dokumentasi pribadi
Sebagaimana halnya daerah wisata lainnya di Indonesia, setiap hal dalam keseharian masyarakatnya sepatutnya sudah berdimensi wisata dan mendarah daging dalam pola pikir dan pola tingkah laku. 

Tampilan sarana dan prasarana wisata serta infrastruktur yang berornamen khas tradisional lokal penting untuk mencirikan bahwa kota ini atau kota itu adalah daerah tujuan wisata.

Namun, yang paling penting dan terutama adalah atmosfer wisata yang terbangun nyata dalam interaksi antar orang saat berjumpa di sana entah karena keperluan apa saja. Barangkali lagu "Tiga Berastagi" dengan segudang makna kenangan indah yang terkandung di dalamnya akan menemukan aktualisasinya di sana. Sebagaimana makna kenangan dalam sapta pesona.

Buat kamu yang penasaran tentang romantisme yang terkandung dalam lagu dan kota yang sukar dilupakan ini, aku bagikan utas ke videonya yang digarap oleh anak muda kreatif dari Tanah Karo ya.


"Lanai lit malemna
Adi la ras kena"

Sebagaimana makna dua baris terakhir lirik lagu itu. Maknanya adalah "tiada hal yang lebih membahagiakan, selain bersama dirimu." Di sini, di Berastagi.

Masih banyak hal lainnya yang unik dan menarik dari kota kecil yang dingin ini. Untuk saat ini cukuplah dulu sampai di sini. Biar kusisakan untukmu, atau untuk engkau ceritakan sendiri saat pulang ke kotaku, Berastagi.

Mejuah-juah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun