Sekitar 4 tahun belakangan ini sudah semakin menjamur aneka cafe yang unik dan nyaman dengan panorama yang indah di kota ini. Mungkin mirip halnya dengan fenomena di daerah-daerah wisata lainnya di Indonesia kini.
Sekilas, suasana malam di kota ini mungkin bisa disandingkan dengan suasana dingin malam di daerah puncak Bogor, kota wisata Batu-Malang, atau Dago di Bandung. Tentu setiap daerah ini memiliki kekhasannya masing-masing meskipun mirip-mirip dalam hal iklim dan cuaca.
Tampilan sarana dan prasarana wisata serta infrastruktur yang berornamen khas tradisional lokal penting untuk mencirikan bahwa kota ini atau kota itu adalah daerah tujuan wisata.
Namun, yang paling penting dan terutama adalah atmosfer wisata yang terbangun nyata dalam interaksi antar orang saat berjumpa di sana entah karena keperluan apa saja. Barangkali lagu "Tiga Berastagi" dengan segudang makna kenangan indah yang terkandung di dalamnya akan menemukan aktualisasinya di sana. Sebagaimana makna kenangan dalam sapta pesona.
Buat kamu yang penasaran tentang romantisme yang terkandung dalam lagu dan kota yang sukar dilupakan ini, aku bagikan utas ke videonya yang digarap oleh anak muda kreatif dari Tanah Karo ya.
"Lanai lit malemna
Adi la ras kena"
Sebagaimana makna dua baris terakhir lirik lagu itu. Maknanya adalah "tiada hal yang lebih membahagiakan, selain bersama dirimu." Di sini, di Berastagi.
Masih banyak hal lainnya yang unik dan menarik dari kota kecil yang dingin ini. Untuk saat ini cukuplah dulu sampai di sini. Biar kusisakan untukmu, atau untuk engkau ceritakan sendiri saat pulang ke kotaku, Berastagi.
Mejuah-juah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H