Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Inilah 4 Cara Memaksimalkan Fungsi Pekarangan yang Sempit

4 Juni 2021   21:43 Diperbarui: 5 Juni 2021   07:48 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bruna anjing kami bersama ketujuh anaknya | Dokumentasi pribadi

Tuhan sudah berhenti menciptakan daratan, tapi manusia tetap berkembang biak semakin banyak.

Demikianlah seingatku sejak masih kecil, orangtua di kampung kami memberikan nasihat untuk bijak mencari cara terbaik dalam menjalani hidup.

Namun, ironi itu memang terasa semakin aktual sebagai sebuah masalah di berbagai tempat pada masa kini. Semakin banyak orang juga berarti semakin banyak sampah. 

Ruang yang semakin sempit harus dibagi dan ditinggali secara berdampingan oleh manusia bersama sampah-sampahnya. Oleh sebab itu kita memang harus mencari cara untuk memaksimalkan fungsi ruang yang semakin terasa sempit dan padat.

Think globally, act locally. Kita mungkin tidak dalam kapasitas untuk memikirkan cara mengurangi populasi global. Tidak juga memiliki kompetensi melakukan reklamasi untuk menambah luas daratan. 

Namun, kita masih bisa melakukan hal-hal sederhana dari rumah kita sendiri, yang bisa menjadi inspirasi dan memberi pengaruh kepada sekitar kita.

Barang bekas, barang sisa, sampah atau apapun namanya, dikombinasi dengan ruang pekarangan yang sempit, apa hasilnya? Yuk! Kita lihat beberapa contoh dan cara untuk membuatnya berguna.

1. Jangan biarkan barang bekas menumpuk dan terbuang percuma

Cara paling mudah untuk menyingkirkan sampah atau barang bekas yang dirasa sudah tidak berguna adalah dengan membuangnya begitu saja. Tapi jelas saja itu tidak menyelesaikan masalah.

Mungkin tidak lagi menjadi masalah langsung di rumah kita, tapi banyak barang yang dibuang percuma sebenarnya menjadi sumber masalah baru di tempat lain atau di tempat pembuangan akhir sampah. 

Tidak akan butuh waktu lama memenuhi lubang atau cekungan tempat pembuangan akhir sampah bila semua orang berperilaku sekadar beli-pakai-bosan-buang.

Kebun mini memanfaatkan ban mobil bekas| Dokumentasi pribadi
Kebun mini memanfaatkan ban mobil bekas| Dokumentasi pribadi
Kebun mini memanfaatkan ban mobil bekas|Dokumentasi pribadi
Kebun mini memanfaatkan ban mobil bekas|Dokumentasi pribadi
Sebagai contoh kita bisa menggunakan ban mobil bekas menjadi wadah untuk menanam bawang prei (Allium porrum), cabe rawit, kangkung, bayam, dan sebagainya. 

Kelihatannya sepele, tapi dalam jangka panjang tanpa kita sadari "kebun mini" dalam ban bekas ini akan memberi manfaat dan daya dukung bagi ketersediaan bahan-bahan masakan di dapur rumah kita. Paling tidak bisa jadi solusi cepat jangka pendek saat kepepet.

2. Tanami pekarangan untuk memenuhi kebutuhan logistik bukan hanya estetik

Pekarangan atau taman rumah yang sempit mungkin akan menggerakkan kita untuk sekadarnya saja menanami beberapa pot bunga di sana. Apalagi bagi yang tidak suka berkebun.

Namun, kalau masalah global tentang overpopulasi dan daya dukung sumber daya yang semakin kritis betul-betul menjadi perhatian kita, maka seyogyanya kita tidak cukup menanam bunga. Apalagi hanya sekadarnya, bukan?

Cobalah, selain menanam bunga, tanam juga buah-buahan dan sayuran. Saya menanam markisa sejak lebih kurang tiga tahun yang lalu. Saat itu belum ditemukan kasus Covid-19 di Indonesia.

Tanaman markisa dari tiga tahun yang lalu | Dokumentasi pribadi
Tanaman markisa dari tiga tahun yang lalu | Dokumentasi pribadi
Sirop dari buah markisa| Dokumentasi pribadi
Sirop dari buah markisa| Dokumentasi pribadi
Siapa yang menyangka, hingga saat ini markisa ini masih rajin berbuah. Produksi buahnya sangat mendukung ketersediaan asupan vitamin C dosis tinggi yang bermanfaat dalam menjaga imun tubuh dari paparan virus dan radikal bebas lainnya.

Saya juga menanam tomat. Meskipun hanya satu batang, tapi dengan perawatan secukupnya, bisa tumbuh besar hingga menggapai kanopi markisa di atasnya.

Menanam tomat dan bunga di pekarangan yang sempit | Dokumentasi pribadi
Menanam tomat dan bunga di pekarangan yang sempit | Dokumentasi pribadi
Menanam tomat dan bunga di pekarangan yang sempit| Dokumentasi pribadi
Menanam tomat dan bunga di pekarangan yang sempit| Dokumentasi pribadi

Semua tanaman logistik ini hanya saya beri makan dari sisa makanan kami berlima di rumah, yang saya tanam ke dalam tanah dekat akarnya. Saya juga menggunakan air dari kolam ikan kecil yang ada di sudut rumah untuk menyirami tanaman. Jadi dari alam kembali ke alam.

Bila ditata dengan baik, tanaman logistik ini juga tak kalah dalam memenuhi kebutuhan estetik. Coba bayangkan, betapa nikmatnya makan siang outdoor bersama keluarga di bawah kanopi markisa yang hijau dan di antara warna-warni buah tomat gradasi hijau, jingga, hingga merah di bawahnya.

Makan siang di bawah pohon markisa| Dokumentasi pribadi
Makan siang di bawah pohon markisa| Dokumentasi pribadi
Lauk ikan teri sambal tomat dicampur irisan daun bawang prei pun enak dilahap bersama sepiring nasi hangat. Hmmmm, rasanya perut berontak membayangkannya.

3. Maksimalkan manfaat sisa makanan

Makan jangan bersuara. Begitulah nasihat emak di meja makan saat kami kecil.

Namun, bila dipikir-pikir, kalau harus memilih antara "makan jangan bersuara" dan "makan jangan bersisa" rasanya makna ungkapan yang kedua ini lebih terasa manfaatnya.

Memang tidak semua hal akan berjalan baik sempurna tanpa cela. Namanya juga anak-anak, pasti ada saja masanya mereka tidak selera menghabiskan makanannya. Jangankan mereka, kita orang tua saja bisa kehilangan selera makan bila jiwa dan perasaan kita terluka, bukan?

Sebaiknya memang makanan dihabiskan. Tapi tenang, kalaupun tidak habis jangan langsung marah dan membuangnya begitu saja.

Seperti sudah dijelaskan di atas, sisa makanan adalah salah satu sumber nutrisi yang baik bagi tanaman di pekarangan. Setidaknya begitu pengalaman saya selama tiga tahun belakangan ini dengan tanaman markisa, tomat, sayuran, dan bunga-bunga yang masih tetap berkelanjutan hingga sekarang.

Selain itu, sisa makanan adalah makanan kesukaan bagi anjing peliharaan. Tentu saja sisa makanan yang belum basi, kawan!

4. Berdamai dengan hewan peliharaan dalam ruang yang sempit

Ini pengalaman kami dengan Bruna. Dia anjing betina yang sudah ada di rumah selama dua tahun terakhir.

Kita perlu mendidik hewan peliharaan agar tidak manja, pilih-pilih makanan, dan seenaknya merusak pekarangan. Apakah dengan sikap tegas seperti itu hewan peliharaan kita akan sehat? 

Ya, Bruna sudah dua kali melahirkan anak, yang pertama pada tahun lalu anaknya enam ekor dan yang kedua sebulan yang lalu anaknya lahir tujuh ekor.

Bruna anjing kami bersama ketujuh anaknya | Dokumentasi pribadi
Bruna anjing kami bersama ketujuh anaknya | Dokumentasi pribadi
Pekarangan sudah sempit, ditanami dengan bunga, buah, dan sayuran, masih juga memelihara hewan? Apa boleh buat, Bruna adalah anak anjing malang yang datang ke rumah pada bulan Maret 2020 yang lalu.

Ia melarikan diri dari entah apa yang mengancamnya. Sama halnya seperti homo sapiens, anjing sebagai mamalia yang dijadikan hewan peliharaan juga barangkali tidak kurang banyak mendapatkan tekanan batin, meskipun secara biologis populasinya meningkat di tengah perkembangan cepat zaman ini.

Makanan memang cukup tersedia dan menjadikan mereka lestari melewati evolusi. Tapi jiwa mereka merana. Jadi mengapa pula tidak memberikan tempat bagi mereka di rumah dengan pekarangan yang sempit tapi multifungsi ini?

Hanya dibutuhkan sedikit ketegasan dan banyak sekali kesabaran untuk bisa meyakinkan Bruna dan anak-anaknya, bahwa lebih nyaman tidur di kandang mereka meskipun sederhana dari pada tidur berserak di tempat parkir kendaraan.

Anak-anak Bruna tidur nyenyak sambil berjemur di kandangnya| Dokumentasi pribadi
Anak-anak Bruna tidur nyenyak sambil berjemur di kandangnya| Dokumentasi pribadi
Tidak mudah memang. Barangkali saja, sesekali mereka akan bersaing dengan akar markisa saat menggali tanah mencari sumber bau duri ikan ketika kami telat memberi mereka makan. Atau anak-anaknya bersenda gurau dengan daun talas yang melambai ditiup angin, dikiranya sedang mengajaknya bermain, padahal senda gurau itu berisiko merusak tanaman.

Belum tentu di luar sana Bruna dan anak-anaknya bisa lebih bahagia. Seperti syair lagu God Bless, "...lebih baik di sini, rumah kita sendiri." Meskipun tidak ada bunga bakung di sini.

Wasana Kata

Itulah 4 hal yang bisa saya bagikan sebagai contoh cara memaksimalkan fungsi pekarangan yang sempit. Hidup berdampingan dengan barang bekas, sayuran, bunga, buah-buahan, dan juga hewan peliharaan.

Sebagai buah akalbudi, cara menjalani hidup pasti juga akan selalu mengalami penyesuaian, seiring perkembangan tantangan dan tekanan yang menyertainya. Semakin banyak cara yang dibagikan, semakin banyak pula peluang dan kemungkinan untuk kita bisa mendapatkan jalan keluar menghadapi hidup yang semakin menantang di tengah ruang yang semakin sempit dan padat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun