Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kreasi Cinta Keluarga Memberi Arti Baru bagi Barang Bekas

26 Mei 2021   23:09 Diperbarui: 26 Mei 2021   23:14 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kreasi hiasan dari sisa potongan kayu (Dokpri)

Indonesia dikenal sebagai negara dengan banyak sekali hari libur. Untuk menghormati hari besar seluruh agama yang diakui oleh negara, maka hari besar keagamaan adalah penyumbang hari libur terbanyak di Indonesia.

Ini tentu adalah suatu hal yang menyenangkan. Terutama bagi keluarga, karena banyak kesempatan untuk bisa dihabiskan bersama.

Selain bisa dipakai untuk jalan-jalan, waktu berkumpul bersama keluarga juga bisa digunakan untuk lebih saling mendekatkan diri. Lagipula jalan-jalan sudah semakin terbatas dan mengandung risiko pada masa pandemi seperti pada saat ini.

Salah satu hal yang bisa dilakukan bersama oleh anggota keluarga saat menikmati liburan adalah membenahi rumah sambil menyalurkan hobi. Dijamin, kalau bisa melakukan hobi sambil rekreasi, maka waktu libur berjalan terasa begitu cepatnya.

Tahu-tahu hari sudah senja. Takada cek-cok, ngambek, ngeluh, karena semua orang melakukan hal yang disukai secara sukarela. Lagipula, liburan pun akan menghasilkan banyak manfaat dengan rekreasi sambil menyalurkan hobi.

Pikiran jadi lebih terbuka, pikiran negatif hilang, mata segar, rumah bersih, dan tidak ada waktu untuk bergosip. Namanya juga hobi, jadi tidak perlu memaksakan diri, dan tidak dibebani target. Biarkan mengalir saja apa adanya.

Selama beberapa hari libur terakhir ini, saya bersama anak-anak membuat beberapa kreasi dari bahan-bahan bekas. Ibunya asyik berkebun. Yuk! Kita lihat-lihat.

1. Membuat hiasan dari sisa potongan resplank rumah

Resplank rumah ada yang terbuat dari papan. Makin asyik kalau resplank itu dimotif oleh tukang sedemikian rupa. Kenapa asyik dengan itu?
Biasanya, sisa potongan papan yang terbuang sesuai pola motif yang dibuat tukang bentuknya cantik-cantik. Tinggal kepiawaian kita berimajinasi menjadikan potongan-potongan kecil yang cantik itu menjadi kreasi yang unik.

Saya bersama anak-anak menyusun potongan dari papan yang dimotif itu mejadi bentuk bunga. Mula-mula, si abang memilah sisa potongan kayu yang cocok.

Kemudian membersihkan sisa-sisa paku dari potongan papan. Selain itu ia juga membantu menghaluskan permukaan potongan kayu. 

Memilah potongan kayu (Dokpri)
Memilah potongan kayu (Dokpri)
Membersihkan permukaan potongan kayu (Dokpri)
Membersihkan permukaan potongan kayu (Dokpri)
Setelah itu, saya membentuk potongan papan yang telah dihaluskan mengikuti pola kelopak bunga. Tentu saja bagian ini agak sulit bagi anak-anak, karena mereka belum terlalu terbiasa memaku dan menggergaji.

Selanjutnya, potongan yang telah tersusun dicat atau dilapisi dengan politur atau vernis. Kali ini giliran si adek yang mengecat.

Mengecat susunan potongan kayu (Dokpri)
Mengecat susunan potongan kayu (Dokpri)
Jangan terpaku dengan tuntutan bahwa hasilnya harus begini atau begitu. Biarkan saja setiap anak berkreasi dengan kemampuan yang mereka punya, orang tua hanya perlu mengarahkan atau memberi petunjuk sesekali.

Namanya juga hobi, jangan terpaksa. Kalau mau hasil kerja yang sempurna tentu dikerjakan oleh tukang profesional. Ini adalah untuk hiburan, jadi setiap orang perlu merasa senang.

Ternyata, hasil kerja bersama ini lumayan juga. Kekurangan sedikit di sana sini bisa kok kita poles lagi. Hisan bunga ini rencananya akan kami pakai untuk melengkapi gerbang taman di rumah yang juga kreasi dari bahan sisa. 

Kreasi hiasan dari sisa potongan kayu (Dokpri)
Kreasi hiasan dari sisa potongan kayu (Dokpri)
Kreasi hiasan dari sisa potongan kayu (Dokpri)
Kreasi hiasan dari sisa potongan kayu (Dokpri)
Gerbang taman rumah dari bambu sisa (Dokpri)
Gerbang taman rumah dari bambu sisa (Dokpri)

2. Merekondisi rak lapuk menjadi rak bunga

Sudah biasa kita lihat, kalau barang-barang tua yang sangat berkesan bagi kita akan tetap kita simpan sekalipun sudah reot.
Terkadang, kita bingung sendiri saat bersih-bersih rumah, karena mendapati diri kita sebagai penyimpan hal-hal yang sering kali kalau dipikir-pikir tak masuk akal.

Barang reot yang nyaris tak berguna pun kita simpan mungkin karena begitu berkesannya. Itu bisa saja perabot rumah kita pada masa-masa awal berumah tangga. Hehe.

Memang tidak semua orang bertabiat seperti itu. Tapi tunggu dulu! Tidak semua kebiasaan suka menimbun barang-barang lapuk itu tidak berguna.

Ini salah satu contohnya. Kami memiliki sebuah rak televisi, yang sudah ada sejak saya masih duduk di bangku SMP pada 26 tahun yang lalu. Warbiasah...

Kalau bukan karena bagusnya kualitas material barang-barang tempo dulu, mungkin itu akibat pandainya ibu kami merawat segala sesuatu di rumah, sehingga bisa bertahan selama itu.

Tapi yang namanya barang, tentu ada masa umur ekonomisnya. Suatu saat semua barang pun akan lapuk pada waktunya.

Saya bersama si adek membersihkan karat-karat di permukaan besi rak lapuk itu dengan kertas ampelas. Bukan karena mau digunakan kembali untuk televisi, tapi kami akan mengecat rak itu untuk dijadikan rak bunga bagi ibu.

Mengecat rak bunga (Dokpri)
Mengecat rak bunga (Dokpri)
Sudah tua, kenapa masih repot-repot direkondisi? Mungkin terasa kurang kerjaan.

Kalau pun semua orang mampu membeli apa saja yang dia inginkan, dan tersedia barang apa saja untuk memenuhi keinginan semua orang, kita bisa bayangkan sebanyak apa sampah yang akan kita hasilkan dari barang bekas yang kita buang percuma begitu saja secara bersama-sama.

Jadi, takada salahnya, kalaupun kita mampu, jangan sesuka hati mencap barang apa saja sebagai tidak berguna hanya karena kita sudah tidak suka, Kawan!

Coba selipkan sedikit sentuhan cinta di sana. Apakah dicat, diubah bentuk, dibengkokkan, kalau perlu dibuat pipih atau bagaimana. Mungkin kita akan kembali menyukainya.

Bagaimana pun, melakukan sesuatu yang disenangi tidak akan ada ruginya, selama itu dilakukan dengan hati dan cinta. Apalagi kalau itu dilakukan bersama-sama dengan orang-orang yang kita cintai. Siapa lagi, kalau bukan keluarga kita, bukan?

Salam kreasi. Mejuah-juah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun