Sesekali pernah aku melihat orang memandikan ternak kerbau dan lembunya di embung ini. Hewan ternak itu sepertinya cukup menikmati berendam di dalam air embung itu.
Di seberang embung ada juga sebuah lapangan permainan bola voli, tempat para pemuda desa ini bermain dan berolah raga saat sore hari.
Defenisi embung berdasarkan buku Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung yang diterbitkan oleh Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, Kementerian Pertanian (2011), adalah bangunan konservasi air berbentuk cekungan di sungai atau aliran air berupa urugan tanah, urugan batu, beton dan/atau pasangan batu yang dapat menahan dan menampung air untuk berbagai keperluan.
Embung digunakan untuk menjaga kualitas air tanah, mencegah banjir, tujuan estetika, hingga pengairan. Embung berfungsi juga untuk menampung air hujan di musim hujan dan digunakan oleh petani untuk mengairi lahan di musim kemarau.
Selain itu, bukan tidak mungkin embung yang dikelola dengan baik akan menjadi objek wisata, dan juga meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Embun halus yang indah sekaligus menyimpan kesan yang misterius di embung yang merupakan "pulo-pulo" desa Kacinambun ini seolah menyapa para pemburu fajar pagi saat melintas di desanya menuju puncak bukit di ketinggian Kacinambun Highland-Siosar. Mejuah-juah.
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Bahasa Karo, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: 1979
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H