Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

"Remang Embun" di Atas Embung, "Pulo-pulo" Desa Kacinambun Menuju Siosar

24 Mei 2021   17:40 Diperbarui: 27 Mei 2021   21:00 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Refleksi cahaya dan siluet pagi di atas embung Kacinambun (Dokpri)

Sesekali pernah aku melihat orang memandikan ternak kerbau dan lembunya di embung ini. Hewan ternak itu sepertinya cukup menikmati berendam di dalam air embung itu.

Di seberang embung ada juga sebuah lapangan permainan bola voli, tempat para pemuda desa ini bermain dan berolah raga saat sore hari.

Defenisi embung berdasarkan buku Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung yang diterbitkan oleh Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, Kementerian Pertanian (2011), adalah bangunan konservasi air berbentuk cekungan di sungai atau aliran air berupa urugan tanah, urugan batu, beton dan/atau pasangan batu yang dapat menahan dan menampung air untuk berbagai keperluan.

Embung digunakan untuk menjaga kualitas air tanah, mencegah banjir, tujuan estetika, hingga pengairan. Embung berfungsi juga untuk menampung air hujan di musim hujan dan digunakan oleh petani untuk mengairi lahan di musim kemarau.

Selain itu, bukan tidak mungkin embung yang dikelola dengan baik akan menjadi objek wisata, dan juga meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Embun halus yang indah sekaligus menyimpan kesan yang misterius di embung yang merupakan "pulo-pulo" desa Kacinambun ini seolah menyapa para pemburu fajar pagi saat melintas di desanya menuju puncak bukit di ketinggian Kacinambun Highland-Siosar. Mejuah-juah.

Keindahan panorama pagi di Kacinambun Highland (Dok. Zia Coffee)
Keindahan panorama pagi di Kacinambun Highland (Dok. Zia Coffee)
Referensi:

Embung 

Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Bahasa Karo, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: 1979

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun