Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Memberi Nilai Tambah Barang Bekas pada Saat Liburan

16 Mei 2021   11:59 Diperbarui: 17 Mei 2021   08:02 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meja kayu berbahan kayu bekas setelah divernis pada gazebo mini/Dokumentasi Pribadi

Daripada jalan-jalan sembarangan sambil menyampah sembarangan di daerah tujuan wisata, yang juga berpotensi membuat kita turut menyebarkan dan tertular Covid-19, bukankah membuat kreasi dari bahan bekas pada hari libur lebih bermakna bagi kebersihan dan keindahan alam semesta?

Jadi tidak salah bila ada ungkapan yang mengatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Iman yang berguna adalah yang juga memberi manfaat tidak saja bagi diri kita sendiri.

Yesus saja tidak melarang orang Yahudi menyelamatkan hewan ternaknya yang celaka meskipun pada hari Sabat. Apalagi bila kita melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi semesta, bukan?

Penting Menyadari bahwa Kita Menempati Planet dengan Sumber Daya yang Bisa Habis

Meskipun tidak ada yang melarang, rasanya adalah tidak bijak bila kita mengira bahwa sumber pemenuhan kebutuhan kita di dunia ini tidak akan pernah habis. Dan oleh karenanya merasa tidak terlalu penting untuk peduli dengan apa, dari mana, sampai kapan, serta bagaimana kebutuhan kita tersedia dan tercukupi.

Perlu ada upaya serius untuk meyakinkan bahwa sangat penting bagi kita peduli soal tercukupinya kebutuhan kita dalam jangka panjang. Selain itu perlu menjadikan perkiraan dan upaya kita itu menjadi masuk akal.

Masuk akal dalam hal ini bukan saja dari kacamata hukum pasar yang menjelaskan dengan gamblang soal hubungan antara permintaan dan penawaran. Atau juga soal produktivitas untuk sekadar ditingkatkan.

Namun, bagaimana juga sumber daya yang ada bisa dikelola menjadi berkat. Ini adalah salah satu pernyataan nilai moral yang umum didengar, tapi terasa sangat abstrak, bahkan menuai kritik dan gosip massal sebagai suatu bentuk hipokrasi manusia-manusia pemburu kekayaan sekaligus pemboros sumber daya yang tiada ampun.

Pertumbuhan tampaknya menjadi sebuah kata kunci dalam hal ini. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan, maka semakin meningkat kesejahteraan bersama. Benarkah demikian pada kenyataannya?

Nyatanya tidak. Lihat saja bagaimana masih banyak orang-orang yang tampaknya kaya dan berpenampilan seperti orang terpelajar berjalan-jalan di tempat wisata tanpa mempedulikan sampahnya yang dibuang sembarangan.

Padahal tindakannya itu bisa merusak lingkungan serta berpotensi mengganggu kesehatan. Atau lihatlah makanan dan minuman yang dipesan gila-gilaan orang-orang berpakaian setelan yang cantik dan tampan, tanpa peduli apakah itu semua akan mampu dihabiskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun