Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seorang Bapak yang Mencoba Merayu Semesta

5 Mei 2021   01:48 Diperbarui: 5 Mei 2021   01:52 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengambil mudarat paling kecil demi kebaikan terbesar. Semata-mata untuk hal yang perlu didahulukan. Waktu yang akan menimbang, apakah itu benar atau keliru.

Selalu tidak mudah menjejak kaki di dua kebaikan berbeda pada waktu yang sama. Setiap hal yang telah lalu menjadi pelajaran berharga hari esok.

Bebas kelihatannya, tapi beban bak penjajahan tak kunjung usai. Entah kapan merdeka.

Bila semesta sudah berkehendak, tampaknya penjajahan bukan pilihan, tapi kenyataan yang wajib. Seperti sampah yang dibuang sembarangan. Sekalipun paham bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman.

Akankah anak peradaban masa depan lebih bahagia dari hari ini? Ah, barang kali saja bapaknya yang kurang beruntung merayu semesta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun