Mendaki gunung bukan hanya soal menaklukkan, tapi sebuah proses menyatunya manusia dengan alam.
Bagi sebagian orang, khususnya yang menyukai petualangan di alam terbuka, mendaki gunung adalah sebuah aktivitas yang menyenangkan. Tidak hanya sekadar olahraga, tapi mendaki gunung sudah menjadi hobi menantang yang menghasilkan kepuasan tersendiri.
Mendaki gunung bukanlah hobi yang bisa dilakukan sekadarnya saja, terutama oleh orang awam. Apalagi bila mendaki gunung yang tinggi dan dengan medan pendakian yang cukup ekstrem. Bila bukan dengan pakarnya dan dengan persiapan yang memadai lebih baik tidak usah.
Namun, meskipun kamu bukan pendaki yang pro jangan langsung menyerah. Ada sebuah gunung, yang mungkin lebih tepat bila dikatakan bukit, yang berlokasi di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, yang bisa didaki bahkan dengan kendaraan roda dua dan roda empat hingga ke puncaknya.
Asal Kata dan Kisah di Balik Gunung "Deleng Kutu"
Ada yang menarik dari nama gunung ini. Gunung dan kutu sendiri sudah mengandung kontradiksi. Gunung sebagai bagian permukaan bumi yang menjulang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya adalah sejenis objek alam yang tinggi dan besar. Sementara itu, kutu adalah sejenis serangga yang sangat kecil.
Bila kita mengasumsikan kata kutu yang tersemat di nama gunung ini maksudnya adalah sejenis serangga yang berukuran kecil, maka Deleng Kutu memang benar adalah gunung yang berukuran kecil. Namun, bagaimanapun Deleng Kutu yang memiliki ketinggian sekitar 1.300 mdpl adalah tetap gunung.
Merujuk ke KBBI, yang mendefinisikan gunung sebagai bukit yang sangat besar dan tinggi, biasanya tingginya lebih dari 600 m. Demikian juga halnya dengan Encyclopedia Britannica, yang mendefinisikan gunung sebagai permukaan bumi yang menonjol dengan ketinggian 2000 kaki atau 610 m.
Menariknya, ada juga warga sekitar yang mengaitkan penamaan gunung ini dengan cerita perang. Jepang yang kalah dari pasukan sekutu pada perang dunia kedua, konon pernah menguasai gunung ini pada masa perang dunia kedua itu. Kata "kutu" pada nama gunung ini berasal dari kata "sekutu."
Di bagian puncak Deleng Kutu ada sebuah pilar yang oleh warga lokal diberi nama "Pilar Nippon." Pilar ini mungkin adalah saksi sejarah bahwa "Gunung Sekutu" ini pernah berperan penting pada masa perang dunia kedua dulu.
Bila kita memandang ke arah Selatan, maka terlihat atap-atap rumah warga di Kota Kabanjahe, ibukota Kabupaten Karo. Sedangkan sebelah Utara adalah kota wisata Berastagi dengan Gunung Sibayak sebagai latarnya. Ini adalah sebuah lokasi yang cocok untuk mendirikan gardu pandang dengan luas jangkauan jarak pandang yang meliputi semua pintu masuk yang strategis.
Nah, bila kamu jalan-jalan ke Kabupaten Karo dan ingin mendaki gunung, tapi kesulitan menentukan gunung mana yang akan didaki pada akhir pekan ini, coba saja dulu mendaki Deleng Kutu. Mana tahu, setelah memandang gunung-gunung yang lain dari atas sana kamu akan terpikir untuk mendaki gunung lain selanjutnya.
Oh ya, dari atas Deleng Kutu, selain memandang Gunung Sinabung, Sibayak, dan Deleng Barus, kita juga bisa memandang Gunung Sipiso-piso yang berlokasi dekat geosite Tongging, dan Dolok Singgalang yang berlokasi di Saribudolok Kab. Simalungun di Sebelah Tenggara dan Selatan.
Selain menikmati lanskap lahan pertanian warga dan pemandangan gunung-gemunung nan hijau, kamping bersama teman-teman di atas puncak Deleng Kutu juga adalah sebuah pilihan yang baik untuk mengisi akhir pekan. Di sana kita bisa menikmati pemandangan langit saat matahari terbenam, serta langit malam bertabur bintang pada malam yang cerah.
Salam lestari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H