Kuning sebagai salah satu jenis warna, sudah umum dipakai orang-orang sebagai simbol dengan berbagai makna. Ada yang mengaitkan warna kuning dengan kesan ramah dan hangat.
Dalam bidang kesehatan, warna kuning dikaitkan dengan stimulasi berbagai fungsi tubuh, seperti aliran empedu dan cara kerja hati. Ia memiliki sifat pencahar dengan cara mempromosikan sekresi asam lambung dan membantu pembuangan usus.
Namun, kuning dalam ulasan ini bukanlah soal warna, melainkan salah satu obat tradisional pada suku Karo. Umumnya orang Karo mengenal kuning.
Secara nasional, orang-orang mungkin sudah sangat familiar dengan sebutan parem. Kuning pada suku Karo bisa juga disebut sebagai parem.
Disebut obat, tapi kuning sebetulnya lebih sering dipakai sebagai bahan penguat imun tubuh. Fungsi lainnya adalah untuk mencegah penyakit, mengusir rasa dingin, dan mencegah masuk angin.
Mengutip pendapat Poerwadarminto, kata parem berasal dari bahasa Jawa, yang memiliki arti ramuan beras dan kencur serta bahan yang lain berfungsi untuk menggosok badan. Arti kata parem ini sebagian besar merupakan gambaran kuning pada suku Karo.
Bahan utama kuning memang terdiri dari tepung beras, dan digunakan dengan cara digosokkan pada permukaan kulit. Memang bisa juga dimakan, tapi umumnya difungsikan sebagai obat bagian luar.
Bahan-bahan Membuat Kuning
Melampaui pengertian parem menurut Poerwadarminto, selain tepung beras dan kencur, bahan membuat kuning pada suku Karo terdiri atas:
1. Lada hitam;
2. Bahing/ babing/ jahe;
3. Bawang merah;
4. Bawang putih;
5. Cengkeh;
6. Pala;
7. Pinang;
8. Kayu "tawan gegeh";
9. Daun terbangun merah dan hijau; dan
10. Berbagai jenis dedaunan hutan lainnya.
Cara Membuat
1. Rendam kayu "tawan gegeh" dalam air. Kayu ini bisa dipersamakan sejenis dengan kayu bajakah.