Ternyata, penunggu pohon itu adalah Tulak Kelambir Gading, saudari Datuk Rubia Gande, yang adalah guru dari Pawang Ternalem. Atas anjuran gurunya itu, Pawang Ternalem mengikuti sayembara itu.
Namun, sebelum menuju desa Jenggi Kemawar, Datuk Rubia Gande mengubah rupa Pawang Ternalem menjadi sangat jelek, hingga semua manusia merasa jijik saat melihatnya.
Demi mematuhi perintah gurunya itu, Pawang Ternalem memanjat pohon Tualang Si Mande Angin. Maksud dari Datuk Rubia Gande mengubah wujud Pawang Ternalem ternyata agar dirinya dikenali oleh Tulak Kelambir Gading bibinya itu. Tentu saja Beru Patimar sendiri merasa jijik melihat sosok Pawang Ternalem yang sangat buruk rupa itu.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, Pawang Ternalem yang kenyang dengan penolakan sepanjang hidupnya, disambut dengan baik oleh Tulak Kelambir Gading di puncak pohon Tualang Si Mande Angin. Pawang Ternalem berhasil mengambil madu ajaib itu. Untuk menyatakan keberhasilannya, ia meniup surdam dari atas pohon, yang dapat didengar oleh seluruh penduduk desa Jenggi Kemawar.
Tentu saja sang pengulu senang dengan keberhasilan ini. Ia sangat yakin bahwa puterinya akan segera dapat disembuhkan.
Dengan madu hutan dari pohon Tualang Si Mande Angin ini, kutuk penyakit Beru Patimar pun akhirnya berhasil disembuhkan. Pengulu Jenggi Kemawar, memenuhi janjinya untuk menikahkan puterinya dengan Pawang Ternalem. Namun, sebelum pernikahan itu, Datuk Rubia Gande mengembalikan rupa Pawang Ternalem menjadi sosok pemuda gagah dan tampan, sekaligus sakti mandra guna. Sebuah kisah legenda dengan akhir yang bahagia, happy ending.
Wasana Kata
Selain terselip pesan moral dari cerita tentang Pawang Ternalem ini, bahwa buah dari kerja keras adalah kebahagiaan dalam hidup, bagi saya pribadi, kisah legenda ini terasa makin aktual dalam perjalanan lintas kabupaten bersaudara ini, Karo dan Langkat. Bahwa sejak zaman dahulu kala, hubungan kultural dan historis dua entitas wilayah ini telah begitu eratnya, hingga terus dituturkan lewat legenda yang masih hidup dan terpelihara hingga saat ini, meskipun mungkin tidak terlalu banyak generasi muda Karo khususnya yang menaruh minat besar untuk melestarikannya.
Kisah ini menjadi semakin aktual lagi, terutama karena dua kabupaten yang sama-sama dilingkupi bagian kawasan hutan pelestarian alam ini, kini telah terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Hentikan penebangan hutan secara ilegal, bila tak ingin kisah Pawang Ternalem terulang pada masa kini, tapi dengan akhir yang tidak bahagia.
Kita merasa menjadi orang yang terbuang di rumah sendiri, karena rumah tempat tinggal kita rasanya tidak akan pernah lagi terasa sama, legenda menjadi solastalgia. Sebuah istilah untuk menggambarkan perasaan tertekan karena perubahan lingkungan.
Itu adalah penyakit psikologis akibat perubahan lingkungan dari orang yang merasakan keadaan sukar, karena sudah seperti tidak punya tempat tinggal, disebabkan perasaan kehilangan akan sesuatu, atau berkurangnya hiburan, serta merasa asing dengan perubahan keadaan rumah atau wilayah yang ditempatinya. Sebuah rasa di mana sudah seperti tidak punya tempat yang cocok lagi untuk ditinggali.