Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ini 7 Manfaat dari Pohon Nira dan Inspirasinya pada Kehidupan

31 Januari 2021   14:35 Diperbarui: 2 Februari 2021   14:06 2106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut cerita rakyat, konon katanya, pohon nira atau pohon aren sesungguhnya berasal dari seorang wanita yang berubah wujud. Namun, entah dengan cara dan demi alasan apa hingga hal itu terjadi, kurang dijelaskan.

Menariknya, memang sudah umum diketahui bahwa orang yang berprofesi sebagai pengeria atau pemanen air nira adalah laki-laki dari golongan ekonomi lemah, berpendidikan rendah, dan tampaknya tidak tahu pekerjaan lainnya selain itu.

Maka tak jarang, ketika "pengeria" mbalbal (memukul-mukul) tandan atau "rirang pola", ia akan memukul tandan nira itu secara berirama, sembari menyanyikan lagu-lagu kesedihan yang sangat menyayat hati. Bagi sebagian orang yang kebetulan di dekat ladangnya ada batang nira yang sedang dibalbal oleh pengeria, ia akan ikut merasa iba bila mendengar nyanyian pilu dari atas pohon nira itu. 

Uniknya, hubungan laki-laki pengeria dan pohon nira yang digambarkan sebagai sosok wanita ini, seolah tampak bagai kekasih yang saling mengerti dalam nyanyian kehidupan yang memilukan. Pohon nira pun akan menghasilkan air nira yang melimpah bagi pengeria yang berhasil memahami perasaan dan merebut hatinya, sebab ia ikut terharu mendengar nyanyiannya.

Wasana Kata

Sebagaimana umumnya unsur-unsur alam yang sering dijadikan bahan tamsil untuk pengajaran dan nasihat pada suku Karo, maka ada juga pepatah dalam bahasa Karo yang terkait dengan duri ijuk yang merupakan bagian dari pohon nira. Peribahasa ini maknanya mirip dengan makna "Mulutmu adalah harimaumu."

Dalam bahasa Karo, ungkapannya adalah "Bas babahna sugarangna." Artinya, mulut beracun, atau mulut dengan kata-kata yang menusuk. Itu adalah kiasan bagi manusia yang menuai kebencian setiap kali ia berbicara, sebab ujarannya selalu tentang kebencian.

Pohon nira pastilah masih memiliki banyak keunikan yang mungkin belum semuanya tergali. Salah satunya adalah sebuah prinsip umum di alam, bahwa ia yang meracuni adalah ia juga yang mengobati.

Salah satu contohnya bila kita mengalami gatal-gatal karena terkena getah dari buah atau biji pohon nira. Maka cara yang paling mudah untuk menyembuhkannya adalah dengan mengoleskan serbuk dari serabutnya atau "luluk" yang dikikis. Atau dengan mengoleskan serbuk abu dari ijuk yang dibakar pada bagian yang gatal terkena getah buah nira.

Salam tuak nira seteko.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun