Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Inilah 6 Jenis Rupa dan Manfaat Bambu serta Keunikannya dalam Kehidupan Suku Karo

30 Januari 2021   01:58 Diperbarui: 8 Februari 2021   16:30 3206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Sumpit dan anak sumpit (Sumber: COLLECTIE TROPENMUSEUM)

Konon populasinya tinggal sekitar 600 ekor. Hewan ini ditemukan kembali di bagian Utara Madagaskar setelah sempat dikira punah seabad sebelumnya.

Pada hutan-hutan di Tanah Karo belum pernah dilaporkan adanya lemur yang hidup di rumpun-rumpun bambu, termasuk pada habitat buluh belin atau bambu besar. Namun, ada juga jenis hewan nokturnal yang hidup di antara rumpun-rumpun bambu yag tumbuh di Tanah Karo, kami menamakannya pedi.

Pedi adalah sejenis hewan pengerat yang mirip marmut. Ia hidup dengan memakan rebung (tunas bambu) atau batang-batang bambu yang masih muda. Pedi sering juga diburu oleh manusia pada malam hari, dagingnya dimasak dan bisa dimakan.

3. Apa Hubungan Sianida dengan Luka?
Fakta terkait ada atau tidaknya hubungan antara kedua hal ini, termasuk apakah hubungan itu berkorelasi positif atau negatif, tentu menjadi ranah komptensi para ahli biologi, ahli botani dan farmakologi untuk menilainya. Saya hanya menyuguhkan sebuah fakta yang pernah saya alami sendiri berkat bantuan kakek saya pada masa yang telah lalu.

Fakta bahwa tanaman bambu mengandung sianida, tapi ada jenis lemur yang bisa bertahan hidup dengan menjadikannya sebagai makanan pokok atau sekadar camilan adalah sebuah penemuan ilmiah dan terjadi di Madagaskar.

Menjadi menarik, bila dulu saya mendapati bahwa luka pada tubuh kita, terutama yang diakibatkan oleh sayatan sembilu, akan sangat efektif diobati dengan bagian kulit bambu yang dikikis. Saya pernah merasakannya saat jemari luka tersayat pisau, ketika membantu kakek mengambil ranggas bambu untuk dijadikan tempat merambat tanaman markisa.

Ketika kikisan kulit bambu itu ditempelkan pada bagian yang luka, maka tak butuh waktu lama, darah berhenti menetes, dan rasa nyeri pada luka juga hilang seketika.

(Dokpri) | Kulit bambu yang dikikis bermanfaat mengobati luka tersayat
(Dokpri) | Kulit bambu yang dikikis bermanfaat mengobati luka tersayat
Menutup artikel ini, saya mengutip sebuah tamsil suku Karo yang berkaitan dengan bambu, "Bagi buluh gelah kam, enggo pe meganjang perturahna itulihkenna lalap anakna kuteruh." Bila diterjemahkan, maknanya adalah "Jadilah seperti bambu, yang meskipun telah tumbuh tinggi, akan selalu menoleh ke bawah, dan tidak pernah lupa memperhatikan anaknya."

Sekalipun bambu dipandang sebagai salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat, tapi kita harus tetap memperhatikan kelestarian dan kesinambungan hidupnya. Meskipun keanakaragaman hayati hasil isolasi selama berabad-abad bertahan di Madagaskar, tapi secara ironis 90% habitat hutan yang asli hilang pada beberapa abad terakhir ini.

Itu terjadi setelah kedatangan manusia. Bahkan diperkirakan dalam beberapa dekade ke depan, 90% populasi lemur mungkin akan hilang bila kerusakan akibat ulah manusia itu tidak bisa dihentikan.

Bukan tidak mungkin, ketika kecepatan pertumbuhan bambu kalah dari kecepatan pertumbuhan kebutuhan manusia yang seringkali sulit dipuaskan, maka kisah unik bambu dan segala manfaatnya pun bisa hilang pada waktu dan dengan cara yang tak pernah diduga, bukan?Rujukan: 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun