Â
 "Di manakah negeri di atas awan itu?"Â
Pertanyaan itu diajukan oleh seorang bapak yang menyetir minibus dan membawa serta keluarganya, tampaknya untuk berwisata pada Minggu, 17 Januari 2021 yang lalu. Pertanyaannya ditujukan kepada kami yang kebetulan sedang menikmati tiga gelas coklat panas, segelas kopi susu, dan segelas teh lemon, di Mejuah-juah Cafe (MJJ Cafe), berlokasi di Siosar, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Tentang kawasan Siosar ini memang sudah banyak sekali ulasannya. Apakah itu dalam bentuk berita, esai, puisi, bahkan mungkin juga ada jurnal, skripsi, tesis atau disertasi.
Siosar adalah kawasan relokasi bagi warga pengungsi erupsi gunung Sinabung, yang mulai berlangsung sejak tahun 2010 yang lalu. Hingga beberapa waktu yang lalu erupsi masih terjadi, meskipun dalam skala kecil. Desa Bekerah dan Simacem, asal para pengungsi itu, telah dinyatakan tidak aman untuk ditinggali.
Desa-desa itu kini bahkan telah nyaris tertutup sepenuhnya oleh timbunan material vulkanik. Kehidupan tidak pernah lagi sama bagi mereka.
Bapak yang bertanya itu mungkin tidak menyadari bahwa dia sedang berada dan menjejakkan roda mobilnya di negeri di atas awan. Hari itu cuaca memang sedang cerah dan panas terik.
Pertanyaan ini tentu saja bisa mengandung dan mengundang banyak jawaban. Misalnya saja, berada di atas awan itu berarti kita berada di atas ketinggian, oleh sebab itu udaranya pastilah sejuk.
Di atas awan juga berarti kita bisa memandang lembah-lembah, bukit-bukit, hingga gunung-gemunung yang tampak elok dan damai. Ini tentu saja benar sekali, sebab kawasan Siosar adalah salah satu dataran yang paling tinggi di Tanah Karo, dengan ketinggian mencapai 1500 hingga 1600 mdpl.
Konon katanya, Siosar bahkan adalah kawasan hunian/ permukiman yang tertinggi di Sumatera Utara. Persisnya saya tidak tahu pasti, itu tugas para ahli ukur untuk membuktikannya.