Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Aku Ketawa Maka Aku Ada

26 Desember 2020   19:21 Diperbarui: 29 April 2021   07:44 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian membawa serta orang-orang, para penonton yang kebingungan bahkan tampak sebagai orang bodoh, hingga dunia penuh kebisingan dan kemarahan berjalan-jalan bersamanya. Kita kurang bercanda.

Ketegangan yang berlebihan dan kurangnya candaan, mengakibatkan hilangnya salah satu etika dalam hidup, tertawa. Bukankah aneh bila menjadi manusia kita hanya bisa menangis, marah, meraung, mengumpat, tapi lupa bagaimana caranya tertawa? Tanpa tawa, belum lengkap rasanya menjadi manusia. Atau bisa dibilang manusia setengah jadi.

Mengapa? Sebab, tanpa tangisan, kemarahan, raungan dan umpatan yang memekakkan telinga pun, manusia kemudian akan hilang, lenyap, mati pada hari berikutnya.

Mungkin agak konyol kedengarannya, tapi bila memang demikian kenyataannya, bukankah akan lebih baik bila kita menertawakan kehidupan, dari pada kehidupan menertawakan kita?

Bila kita menjumpai manusia yang berada dalam kesadaran yang sebaliknya, lebih memilih tangisan, kemarahan, raungan dan umpatan yang memekkkan telinga, ketimbang tertawa, atau bahkan kita sendiri yang demikian adanya, lalu apa sebenarnya yang kita inginkan? 

Bukankah penulis dan pembaca sudah sekian lamanya menjalani hidup ini? Jangan-jangan memang kebutuhan dasar kita tidak atau belum terpenuhi, Indonesia butuh ketawa.

Bila ketawa memang adalah salah satu etika hidup dan kebutuhan dasar manusia (sebab susah membayangkan ada manusia yang diciptakan setengah jadi dalam sosok tanpa tawa, tanpa selera humor), maka akan mudah memahami apa yang akan terjadi kemudian apabila kebutuhan dasar tidak tercukupi. 

Mata hati yang dibutakan tanpa tawa akan melahirkan sosok diri yang menggemaskan sekaligus menggelikan, meskipun itu sama sekali tidak lucu. Tertawalah sebelum dunia menertawakan kita.

Apa yang dijelaskan di atas akan tampak jelas dalam sebuah gambaran hasil candaan seorang bapak yang duduk di kedai kopi kampung kami berikut ini. "Kalau kita digigit anjing, bukan berarti kita balas menggigitnya. Itu hanya akan membuat mulut kita berbulu."

Ada sebuah ajaran hidup yang disampaikan oleh filsuf Tiongkok kuno, bernama Wen Tian Xiang, bahwa "Hidup manusia tidak bisa menghindar dari kematian, maka selama hidup tinggalkan ketulusan hati, sinari dan harumkan riwayat hidup."

Wen Tian Xiang melanjutkan, bahwa sifat awal setiap manusia adalah baik, tetapi karena pengaruh lingkungan, manusia berubah menjadi jahat. Setiap manusia punya sisi baik dan sisi buruk dalam dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun