Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Feature dalam Berita, 4 Hal bagi Jurnalis yang Berkisah

10 Desember 2020   11:33 Diperbarui: 10 Desember 2020   16:03 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, jenis berita bergaya feature, bisa juga ditemukan dalam jenis soft news pada straight news. Ia merangsang kognitif (kesadaran), afektif (perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai), dan perilaku.

Tulisan feature meskipun biasa juga digunakan sebagai gaya penulisan berita, tapi lebih jauh ia mengandung unsur sastrawi. Maka tidak heran bila ia seringkali menguras emosi.

Dalam straight news, penulis tidak bisa beropini, kecuali itu adalah memang tulisan opini. Contoh: "Bapak Anu tidak bersedia dikonfirmasi." Penulis tidak perlu memuat alasan menurut tafsirnya sendiri mengapa bapak Anu itu tidak mau dikonfirmasi. Misalnya dituliskan pada pemberitaan, "Bapak Anu tidak bersedia dikonfirmasi, karena dia takut bertemu wartawan." Kiranya tidak perlu dibuat begitu.

 3. Santai saja dalam menjelaskan tubuh berita

Explanation atau tubuh berita cukup dituliskan dengan mengalir saja, sesuai dengan fakta dan data yang ada. Bagian yang menjelaskan tentang data biasanya lebih baik ditempatkan pada bagian tengah hingga akhir tulisan, sebagai latar belakang (background), penjelasan atau pelengkap berita.

Bagaimana pun, kekayaan seorang penulis, termasuk jurnalis, adalah diksi dan bahasa.

Oleh sebab itu, tak heran dan tak jarang bahwa data dan fakta selengkap apa pun akan terasa hambar mana kala ia terbaca pada suatu tulisan yang lahir dari penulis atau jurnalis yang tak pernah diperkaya. Baik oleh dirinya sendiri, oleh perusahaan media tempatnya bekerja, oleh pemerintah, dan oleh masyarakat pembaca sendiri.

Berita yang baik mengandung FIRE, yakni fact (fakta), interpretation (interpretasi), reaction (reaksi), dan explanation (penjelasan), sebagai tubuh berita.

4. Kurangi bahasa formal yang kurang enak untuk dikunyah pembaca

Setuju atau tidak, dari pengalaman mereka yang sudah lebih dahulu terjun ke dunia jurnalistik membuat saya belajar kembali, bahwa ada beberapa pernyataan, frasa atau kata yang tidak cocok untuk penulisan berita. Misalnya "dalam rangka", katanya ini lebih cocok untuk diucapkan oleh pak lurah, pak camat, atau pejabat-pejabat lain, hehe.

Selain itu masih ada lagi, seperti frasa dan kata "seperti diketahui" dan "tersebut". Dalam ruang media (baik cetak, televisi, maupun daring) yang terbatas, kita dianjurkan mencari padanan kata sebagai pengganti, misalnya diganti saja menjadi "ini", "itu", hingga tidak terasa terlalu kaku, sekaligus menjadi lebih ringkas, dan juga lebih enak dikunyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun