Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Jurnalisme Warga, Apa Kabar Cinta?

7 Desember 2020   14:09 Diperbarui: 7 Desember 2020   14:14 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopi Karo di Big and Big Cafe, Kabanjahe (Dokpri)

Terima kasih Kompasiana dan para Kompasianers, kepercayaan ini saya persembahkan sebagai penghormatan bagi mereka, para jurnalis (warga), yang saya yakin sekali banyak mengalami hal yang sama dengan sekilas peristiwa pada siang hingga malam di suatu hari pada Kamis, 3/12/2020 itu.

Tangyar Kompasianival Awards 2020 (Dokpri)
Tangyar Kompasianival Awards 2020 (Dokpri)
Selepas itu, saya merasa butuh banyak waktu untuk merenung sendiri. Sembari menimbang-nimbang cerita apa saja yang terjadi di balik setiap tulisan yang sudah, sedang, dan selanjutnya masih akan saya tuliskan kemudian di Kompasiana.

Semoga ada nyanyian burung ketika pembaca membacanya. Lalu, siapa pun berhak mencatat detak jantungnya, atau bahkan kembali menuliskan sesuatu, mendendangkan sebuah lagu, atau apa pun itu setelah membacanya.

Aku deg-degan mendengarkan detak jantungku sendiri. "Dengarkan saja, Kawan. siapa tahu kita akan dibawanya ke nyanyian", sebuah suara renyah menyadarkanku dari lamunan.

Siapa tahu, besok pagi, ketika sedang mengopi di pinggir jalan di Berastagi, aku bisa menyaksikan gerombolan buruh tani yang mangkal di persimpangan jalan menuju pasar. Dekat sebuah toko, tidak jauh dari sebuah bioskop tua yang menunggu remuk ditelan zaman. Dari sana aku akan kembali menuliskan sebuah cerita cinta.

Siapa tahu setelah itu, aku pun akan mendapatkan jalan untuk menulis di koran. Dari seberang sana, lirih aku mendengar jawaban, "Ayo kita ketemu. Kita bincang-bincang, Kawan, tentang hal itu."

Suara itu menjadi akhir hari yang membawaku kembali kepada kenyataan, "Oh, ok. Jalani yang lebih penting dulu, Bung. Jangan sampai Anda kembali ke kilometer 0." Hahahaha. Terima kasih, Bung!

Menutup tulisan ini saya persembahkan sebuah lagu ringan yang ditulis dan dinyanyikan dengan penuh perasaan. Diciptakan dan dinyanyikan oleh adik saya, Os Tarigan.

Sekilas mengenai lagu ini, ditujukan untuk para bapak, suami, yang harus terpisah dengan keluarga. Terinspirasi dari perjalanan hidup bapak kami, dalam gambaran perasaan rindunya kepada ibu kami dan kami, bocah-bocahnya, ketika bapak tidak bisa tinggal setiap hari bersama kami.

Dia harus berjibaku dalam tugas pelayanannya sebagai seorang pendeta, melayani jemaat ke desa-desa yang jauh dengan sepeda motor bututnya. Bahkan sebelum motor itu ada, dia harus berjalan kaki melintasi malam.

Setelah tugasnya selesai, dia pulang ke rumah dinas, di desa yang berbeda dengan tempat tinggal kami bersama ibu. Malam demi malam dijalani sendiri. Ini juga adalah sebuah lagu persembahan untuk ulang tahunnya yang ke-66 tahun, pada Minggu, 6/12/2020 yang lalu. Ia seorang pensiunan pendeta yang kini juga menjadi seorang Kompasianers di masa tuanya. Tentang sekilas profilnya, dapat dilihat di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun