Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

"Bujur Bapa, Bujur Nande", Terima Kasih Bapak, Terima Kasih Ibu

24 November 2020   12:32 Diperbarui: 24 November 2020   13:38 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul di atas adalah judul sebuah lagu ciptaan adek saya, Os Ertanta Tarigan Tua, yang dirilis pada 24 November 2020 melalui kanal YouTube-nya, cio cilinggem, dan diisi dengan suaranya sendiri. Sila dikunjungi, dilanggani, dikomentari, disukai, dan dibagikan. Hehe.

Bagi saya pribadi, mendengarkan lagu ini tentu saja serasa membawa saya kembali ke masa-masa 34-35 tahun yang lalu, saat masih berumur 3 atau 4 tahun. Itu adalah kenangan saat kami menempati sebuah rumah dinas bagi guru-guru SD Inpres (Instruksi Presiden), di desa Serdang, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo.

Rumah itu sangat mungil dan sederhana, hanya berukuran 3x3 meter, kalau tidak salah, dan berdempetan satu dengan yang lainnya. Letaknya dekat dengan rimbunan rumpun bambu di belakang, sedangkan di depannya terhampar sepetak lapangan rumput yang cukup luas untuk tempat anak-anak bermain bola atau berkejaran sambil bercengkrama saat siang menjelang sore.

Kenangan dalam Lagu

Secara garis besar lagu ini bercerita tentang keseharian kami bertiga, saya dan adek saya, bersama ibu kami. Bapak tinggal di desa lain, desa Sukanalu masih di kecamatan yang sama, melayani sebagai seorang pendeta jemaat dengan sepeda motor bututnya, jenis Honda CB.

Honda CB (Dokpri)
Honda CB (Dokpri)
Hingga adik saya yang bungsu lahir pada 1990, kami berempat tinggal di rumah mungil penuh kenangan itu dengan ibu. Bapak masih melayani di Sukanalu.

Kami hanya berkumpul seminggu sekali. Setiap hari Sabtu, ibu memboyong kami, anaknya bertiga, ke desa Sukanalu, sebab hari Minggu kami biasanya beribadah di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Sukanalu. Adek yang bungsu digendongan ibu, saya dan adek yang nomor dua saling berpegangan tangan dituntun ibu.

Rumah dinas pendeta, GBKP Sukanalu (Dokpri)
Rumah dinas pendeta, GBKP Sukanalu (Dokpri)
Tak jarang bila ketinggalan angkutan umum yang hanya ada satu di desa kami, maka kami harus menumpang kendaraan orang yang melintas, entah sepeda motor, bahkan kadang-kadang gerobak kerbau atau lembu petani yang melintasi jalan desa turut kami tumpangi.

Di rumah mungil itu, ibu adalah yang paling bertanggung jawab mengurus semua hal. Ibu memasak, mencuci, membersihkan rumah, menyiapkan kami (saya dan adek nomor dua) sebelum berangkat ke sekolah. Kami berangkat ke sekolah bersama, karena ibu adalah guru di sekolah itu.

Pulang dari sekolah ibu berangkat ke ladang kami di belakang sekolah. Saya bertugas menjaga adek-adek saya yang masih kecil. Terkadang mau ikut juga rasanya bersama kawan-kawan menghambur bermain ke lapangan atau berlari menuju sungai, mandi-mandi.

Sore menjelang malam, ibu pulang dari ladang. Dia memasak makan malam, setelah makan malam, ibu masih lagi mengajari kami mengerjakan PR. Sekitar jam 8 malam bolehlah kami mendapatkan sedikit hiburan sebelum tidur, dengan mendengarkan lagu-lagu dari radio transistor bertenaga baterai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun