Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pohon adalah Penanda Kehidupan dan Perekam Sejarah yang Setia

21 November 2020   23:23 Diperbarui: 25 November 2020   12:32 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cemara Norfolk, Dago-Bandung (Foto: Nur Ihsan)

Pada artikel ini narasumber berita menyampaikan bahwa mereka sampai di Tanah Karo, yakni di Kabanjahe dan Berastagi. Di Berastagi banyak dijumpai tempat menginap, antara lain Grand Hotel Brastagi adalah yang paling jempolan.

Bukan saja bagi Sumatera, tapi bagi seluruh Indonesia, Grand Hotel Brastagi adalah salah satu hotel yang paling rapi dan baik perawatannya, bahkan lebih rapi dari hotel De Boer di Medan yang sering dipandang paling tersohor pada masa itu.

Lagi katanya, pekarangan hotel ini banyak ditumbuhi pohon-pohon cemara, sebuah ciri khas yang masih dijumpai pada banyak tempat di Berastagi hingga kini. Berastagi katanya lagi mirip dengan Kaliurang di Yogyakarta, tapi lebih ramai dan penuh dengan villa -villa dari kongsi-kongsi (perusahaan-perusahaan) besar untuk berlibur.

Dari kilasan memori kenangan masa lalu dalam batang-batang pohon itu, saya menarik kesimpulan bahwa Pohon dari jenis apapun itu, adalah penanda kehidupan dan bermanfaat sebagai perekam catatan sejarah yang setia. Ia setia sebab ia tidak memilih untuk menyaksikan kejadian apa yang perlu dan takperlu untuk disaksikan, dan tidak memihak kepada siapa ia akan menyaksikannya.

Singkatnya, pohon memberikan manfaat baik kepada orang yang jahat maupun orang yang baik. Bahkan, sekalipun bagi penebangnya.

Pohon adalah saksi hidup dan sejarah. Semoga tidak ditebang sembarangan. Bila perlu, sebatang pohon yang kita tanam beri pagar dan penyangga di sekelilingnya, mana tahu ia akan miring dan makin rapuh suatu saat ketika ia menua.

Bagaimanapun, pohon juga akan selalu beradaptasi dengan lingkungan (cuaca), entahlah dengan sikap dan cara pandang manusia terhadapnya. Sebab, belum ada liputan bahwa pohon akan mampu beradaptasi menjadi seperti Groot dalam Guardians of the Galaxy.

Kini, takada lahan dan tak punya kewenangan lebih untuk menanam pohon besar, jadi saya hanya menanam markisa. Sebab bagi kami, piknik berarti makan di ladang. Tak ada ladang cukuplah makan di bawah pohon markisa, berbagi tempat dengan bunga, tanaman, laba-laba dan serangga. Selamat hari pohon sedunia, 21 November 2020, sehari setelah hari anak nasional.

Piknik di bawah pohon markisa (Dokpri)
Piknik di bawah pohon markisa (Dokpri)
Referensi: 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun