Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berkaca dan Memetik Hikmah dari Para Pahlawan

10 November 2020   19:46 Diperbarui: 12 November 2020   22:44 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hadang Jalur Sepeda/ Foto dari Fadli Akbar, Bogor (Dok. Pokja GNRM, 2017)

Menyadari masih begitu banyak kekurangan dalam kehidupan sehari-hari kita, di berbagai daerah di Indonesia, sesuai 5 (lima) dimensi revolusi mental yang meliputi: perilaku Sumber Daya Manusia Aparatur Sipil Negara yang melayani, perilaku hidup bersih di masyarakat, perilaku hidup tertib di masyarakat, perilaku masyarakat yang mandiri secara ekonomi, dan perilaku masyarakat yang bersatu.

Sama halnya dengan bapak/ ibu guru di sekolah, biasanya mereka sangat mengenal anak didiknya, tidak saja murid yang berprestasi, tetapi juga murid yang nakal.

Sehubungan dengan guru dan pengajaran, adalah guru Cai Lixu, yang memberikan penjelasan detail bait-bait dari Di Zi Gui, berdasarkan falsafah ajaran konfusius. Bahwa pada zaman dahulu, orang tua di Tiongkok berpendapat bahwa pembentukan perilaku luhur dan etika harus lebih diutamakan, baru mempelajari ilmu lain.

Kalau anak tidak dididik dengan benar, ilmu lain yang ia pelajari bisa menjadi bumerang bagi bangsa dan negara. Tujuan pendidikan Di Zi Gui ini adalah untuk membentuk manusia seutuhnya, sehat jasmani dan rohani, jadi andalan keluarga, dan juga mengabdi kepada bangsa dan negara.

Pada bab IV kitab Di Zi Gui dengan tema pokok "Dapat Diandalkan", disebutkan salah satu pengajaran: "Khawatir bila mendengar pujian, bersyukur bila mendengar kritikan; maka orang yang tulus dan berjiwa besar, lambat laun akan mendekati kita".

Menjadi pahlawan pada masa mengisi kemerdekaan yang telah direbut dengan cucuran darah dan air mata dari para pejuang, pahlawan kemerdekaan bangsa, kita bisa memulainya dengan belajar berubah. Berubah menuju ke arah yang lebih baik, mulai dari diri sendiri, dari hal-hal kecil dan sederhana, dan yang mudah diterapkan. 

Itu tentu saja termasuk di dalam pengertian ini adalah, bagaimana kita mampu untuk tidak membuang sampah sembarangan, membiasakan mematuhi aturan, tidak mementingkan diri sendiri, dan lain sebagainya.

Penting menjadi permenungan di hari pahlawan ini, bahwa sebelum membebankan sesuatu kepada orang lain, tanyakan dulu kepada diri kita sendiri. Bila diri kita sendiri tidak menginginkan hal yang kita bebankan itu, jangan meminta orang lain melakukannya.

Kisah kepahlawanan masa kini tidak selalu harus dibayangkan dengan memanggul senjata dan menyabung nyawa di medan perang. Ia bisa hadir sebagaimana sosok seorang tenaga medis yang di dalam foto ini bersedia melayani kesehatan warga di pinggir jalan. Ini adalah foto kiriman dari Arief Budiman, di Karanganyar.

Layani kesehatan warga di pinggir jalan/ Foto dari Arief Budiman, Karanganyar (Dok. Pokja GNRM, 2017)
Layani kesehatan warga di pinggir jalan/ Foto dari Arief Budiman, Karanganyar (Dok. Pokja GNRM, 2017)
Dalam menaklukkan berbagai permasalahan dan hal-hal buruk di sekitar hidup kita, maka kita juga bisa menjadi pahlawan. Bagi diri sendiri, bagi keluarga, baru kemudian bagi kepentingan yang lebih besar.

Kita perlu melihat lebih banyak serpihan kisah kepahlawanan seperti itu di masa kini. Dari sana kita akan mampu berkaca dan memetik hikmah, dan kita akan lebih mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya, hakikat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun