"Hari berganti, bulan berlalu, tahun kan lewat. Apakah makna kehadiranku dalam hidup yang singkat ini?" Barangkali tidak sedikit dari kita yang berpikir demikian, setiap kali suatu hal akan berakhir, termasuk waktu.
Kita seringkali mendengar ungkapan "the last but not the least", atau "save the best for the last". Artinya silakan cari tahu sendiri, hehe. Hari ini adalah hari terakhir bulan bahasa, dan memang sudah seharusnya kita mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah dan mempelajari bahasa asing.
Jadi, tidak salah juga dong, mengakhiri bulan Oktober yang penuh dengan warna-warni cerita seram ala halloween, dengan sebuah lagu berbahasa Inggris, berjudul Lost Stars dari Adam Levine.
Cerita anak-anak, sebuah pengantar
Pada suatu malam, saat kami akan segera mengakhiri hari dalam tidur. Seperti biasanya, anak-anak minta diceritakan sebuah dongeng atau sekadar cerita tebak-tebakan sebagai pengantar tidur.
Kali ini giliran sikecil Revano, anak bungsu kami menyodorkan sebuah pertanyaan tebak-tebakan kepada kami, katanya "Tahu bapak apa hamil?" Itu sebuah pertanyaan yang secara substansi agak susah bagi saya untuk memberikan jawaban kepada anak seusianya. Saat itu usianya baru 3 tahun 11 bulan.
Akupun ogah-ogahan menjawabnya. Lalu dia menjawab sendiri, katanya "Hamil adalah orang yang perutnya kayak orang kekenyangan." Kami berlima terkekeh mendengarnya.
Pernah lagi pada suatu ketika, saat kami akan makan malam, seperti biasanya doa makan dibawa secara bergiliran. Malam itu sisulung Peniel yang akan membawa doa makan. Dia berdoa "Berkati makanan kami Tuhan, berkati tanaman kubis kami yang masih kecil, tolong turunkan hujan. Agar kubis kami tidak koyak kekurangan air... ", lalu tiba-tiba Jack anak yang kedua menyela di tengah doa, "Pipis Jack, Mamak...".
Peniel yang kebingungan lalu mengakhiri doa, katanya, "Ampuni salah kami Tuhan, Amin."
Apa hubungan kedua cuplikan kisah celotehan anak kecil ini dengan Lost Star? Kita, orang dewasa, bisa saja berdiskusi dengan seru, bahkan terjun secara aktif menggeluti berbagai bidang ilmu; filsafat, psikologi, politik, dan lain-lain. Namun, saat kita melihat hasil dari apa yang kita usahakan dengan keras, kita sering kali menjadi kecewa.
Kita sering lupa berdoa, lupa beriman, lupa melihat kedaulatan Tuhan, yang tidak kelihatan. Melihatnya perlu dengan kepolosan anak kecil, yang tidak saja mampu memberi persepsi takterduga dari apa yang mereka lihat. Namun, mereka juga berbicara apa adanya, mengeluarkan ucapan dengan rasa yang langsung dari hatinya.
Saat melupakan kepolosan, alias berpura-pura, maka kita akan terganggu oleh ide tentang optimisme dan idealisme. Pengharapan yang salah atas sesuatu agar bisa terwujud di dunia sekarang ini, dapat mengakibatkan kekecewaan yang luar biasa.
Harapan yang mengakar kuat kepada substansi mungkin akan hadir bila kita memberi perhatian yang cukup terhadap tumbuh kembang perilaku etis di dalam hubungan kita yang dinamis antara satu dengan lainnya. Bagaimanapun kita hidup dalam keanekaragaman, pada era postmodernis yang bercirikan diskontinuitas historis.
Hal-hal menjadi tampak makin rumit dalam hidup, yang sebenarnya hanya karena kita kehilangan kepolosan sebagaimana halnya pada anak-anak. Bukan sembarang polos menjadi polos tak berotak, atau poltak, hehe (bercanda).
Berbagai Hal tentang Terakhir
Terakhir memang bukanlah sekadar catatan akhir yang akan segera berakhir. Namun, terakhir, entah apapun itu memang selalu menyisakan rasa was-was, takut sekaligus bercampur harapan.
Misalnya, the last minute, menggambarkan rasa cemas dan gugup sehubungan dengan waktu yang sempit untuk mengejar target yang dibebankan. The last supper, gambaran untuk jamuan makan minum terakhir yang memilukan sekalipun dibalut janji yang meneguhkan harapan.
Atau the last samurai, untuk sebuah kebanggaan yang tidak selamanya relevan dengan zaman. The last match, untuk sebuah pertarungan memasuki masa pensiun yang tak selalu berbuah kemenangan, dan berbagai "the last" lainnya yang dapat ditambahkan sendiri.
Seperti Revano, anak kecil di keluarga kami, yang memberikan jawaban takterduga dalam sudut pandangnya sendiri atas sebuah pengalaman baru dalam usianya, demikianlah akhir hari dalam menyambut hal-hal yang baru akan segera tiba.Â
Satu hal yang jelas, kita belumlah bisa mengatakan itu baik atau tidak, sesuai harapan atau tidak, sebelum kita menjalaninya. Perubahan bukan sesuatu yang harus dibenci, karena berubah berarti hidup belum berakhir.
Sir Walter Scott mengatakan "Hope is brightest when it drawn from fears." Harapan terbaik justru lahir dari berbagai ketakutan.
Manakala ketakutan itu dapat dikendalikan, ia akan berubah menjadi sebuah energi yang membangkitkan semangat kehidupan. Meskipun tidak pas dikatakan mukjizat, barangkali itu akan menghantarkan kita kepada keajaiban-keajaiban, bisa juga tidak.
Sekalipun oleh karena perubahan kita akan ditertawakan, sebagaimana Revano mendefinisikan hamil sebagai kondisi manusia yang mencirikan orang dengan perut kekenyangan, hidup tidak akan berakhir sekalipun saat kita menjadi bahan tertawaan.
Perubahan bukan pekerjaan sekali jadi seorang diri. Ia menuntut banyak partisipasi, banyak pengorbanan, komitmen bersama dan tentu saja orang-orang dengan muka dan kuping tebal yang tahan cemoohan.
Jangan berhenti berubah meski ditertawakan, karena hidup berakhir justru saat tidak ada lagi perubahan.
Bintang yang Hilang, sebuah Awal
Dari Lost Star, ada sebagian lirik yang katanya begini:
***
Please don't see
Just a boy caught up in dreams and fantasies
Please see me
Reaching out for someone I can't see
***
so let's get drunk on our tears
And God, tell us the reason youth is wasted on the young
It's hunting season and the lambs are on the run
Searching for meaning
But are we all lost stars trying to light up the dark?
Bila diterjemahkan maka isinya lebih kurang begini:
***
Jangan hanya melihat sekadar anak kecil yang terperangkap dalam mimpi dan fantasi
Tapi lihatlah, aku yang berupaya menggapai seseorang yang takbisa kulihat
***
Ayo mabuk dalam air mata
Tuhan, beritahu kami apa alasannya, orang-orang muda yang tampak disia-siakan pada masa mudanya
Pada musim berburu, domba-domba berlarian
Seperti mencari makna
Apakah kita semua adalah bintang yang hilang, yang berjuang menerangi kegelapan?
Gregg Alexander, seorang personel dari grup musik rock New Radicals, merupakan salah seorang yang membantu menulis lagu ini. Dia menjelaskan makna lagu ini kepada majalah Billboard, katanya;
"Bahwa setiap perasaan yang tertuang dalam lirik lagu ditujukan untuk merenungkan betapa besar rahasia kehidupan ini. Kita hanya datang dan pergi dalam hidup ini. Kita hanya sebuah bintang yang hilang. Kita seperti berkas cahaya sesaat di atas horison."
Lagu Lost Stars ini dinyanyikan oleh Adam Levin, yang juga merupakan vokasil grup band Maroon 5. Lagu ini juga menjadi salah satu sound track dalam film "Begin Again", produksi tahun 2013. Film Amerika Serikat bergenre drama komedi musik ini dibintangi oleh Keira Knightley yang berperan sebagai Gretta James, kekasih dari Dave Kohl, yang diperankan oleh Adam Levin sendiri.
Dalam film itu dikisahkan bahwa lagu ini ditulis oleh Gretta, dan diberikannya kepada Dave kekasihnya sebagai hadiah. Lagu ini dalam versi cover-nya juga menjadi single kemenangan, sekaligus menandai debut karir Stevie McCrorie. Ia merupakan pemenang seri keempat The Voice UK pada tahun 2015.
Penampilan Stevie McCrorie bersama Lost Star dalam versinya, membawanya memuncaki Scottish Singles Chart pada tangga pertama dan peringkat keenam pada UK Singles Chart. Begitu dirilis setelah ia memenangi salah satu lomba pecarian bakat menyanyi di negeri Ratu Elisabeth itu.
Kita semua mungkin adalah bintang yang hilang. Kita masih patut berharap bahwa besok akan menjadi awal yang baik dari sebuah akhir, dari hari ini.
Meskipun kita hanyalah seperti setitik debu di galaksi, jangan pernah berhenti mencoba menyalakan cahaya untuk menerangi kegelapan. Meskipun itu hanyalah sebuah nyala lilin kecil, cahaya sesaat di atas horison.
Mengutip sambutan Presiden Republik Indonesia pada saat penutupan transaksi hari terakhir di bursa efek Indonesia, sebagaimana dituliskan pada harian Kompas, edisi Sabtu, 30/12/2017, "Terkadang kabar buruk lebih menarik untuk diberitakan, tetapi kabar positif tetap perlu dipublikasikan untuk menumbuhkan optimisme."
Selamat jalan Oktober, selamat datang November.
Selanjutnya, habis halloween biasanya November rain, hehe....
Salam hangat
Referensi: 1, 2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H