Itu tidak terlepas dari peran Barus pada titik nol sebagai pusat perdagangan, pusat penyebaran agama Islam, pusat budaya, bahasa dan sastra Melayu.
Sementara itu, Prof. Abdul Hadi mengatakan bahwa faktor pemerkuat penggunaan bahasa Melayu adalah tingginya perdagangan yang menjadikan bahasa Melayu sebagai sarana transaksi komoditas. Selain itu juga adalah dakwah Islam, serta penyebaran pemikiran dan syariat.
Katanya lagi, tercatat dalam Kitab Nagara Kertagama, bahwa kapal-kapal Majapahit singgah di Barus. Selain itu karya-karya bangsa Arab yang masuk ke Nusantara melalui Barus, turut memperkaya bahasa dan budaya Melayu, yang kelak menjadi cikal bakal bahasa Indonesia.
Maka, tidak heran sebagaimana penjelasan Dr. Ir. H. Akbar Tandjung, seorang putra daerah Barus, yang juga merupakan politisi senior, bahwa Presiden Jokowi meresmikan Barus sebagai "Titik Nol Peradaban Islam Nusantara", pada 24 Maret 2017 yang lalu.
Kata pak Akbar Tanjung, bahwa pada masa lalu, Barus dikenal sebagai tempat pelabuhan terbuka, bandar perdagangan nusantara. Termasuk juga pintu masuknya agama-agama, Islam (sekitar abad ke-7 Masehi), Kristen (terlihat dari bangunan gereja yang sudah lama berdiri di Barus), Hindu (sebab Barus berbatasan langsung dengan Samudra Hindia di sebelah Barat).
6. Ada Marga Barus pada suku Karo
Menariknya lagi, bahwa ada marga Barus, yang merupakan sub marga dari cabang Marga Karo-Karo pada suku Karo. Nenek moyang marga Barus pada suku Karo ini juga diyakini memiliki keterkaitan dengan kota Barus yang bersejarah itu.
Bahkan, dekat perbatasan Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang, ada sebuah gunung yang disebut "Deleng Barus". Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa Tanah Karo dan Deli Serdang juga tidak dapat dipisahkan dari sejarah kebudayaan Melayu.
Narasumber dari Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara, yang memfasilitasi pelaksanaan gelar wicara secara virtual itu mengatakan bahwa selain kota Barus yang ada di pantai Barat Sumatera, ada juga sejarah menarik dari pesisir pantai Timur Sumatera Utara, yang berpusat di Malaka. Pada masa lalu ada sebuah kerajaan besar bernama Kerajaan Haru.
Katanya lagi, bahwa pada Kitab Pararaton, dijelaskan sebuah terjemahan ucapan dari maha patih Gajah Mada, katanya "Kita telah mengalahkan Nusantara,...termasuk Kerajaan Haru". Tanah Karo pernah menjadi bagian dari kejayaan kerajaan ini.