Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjalin Indonesia dari Titik Nol "Barus" dalam Balutan Sumpah Pemuda

28 Oktober 2020   10:27 Diperbarui: 19 Desember 2020   12:36 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Presiden Jokowi mengunjungi kawasan objek wisata religi Pemakaman Mahligai Barus. (Laily Rachev/Biro Pers Setpres)

Barus adalah kota peradaban tua yang pernah jaya pada masanya. Ia menjadi salah satu tujuan wisata bagi para peneliti arkeologi Islam, baik dari dalam dan luar negeri. Khususnya di Lobu Tua, sebuah kawasan di Barus, peneliti Prancis dan Indonesia bersama-sama melakukan eksplorasi arkeologi. Saat ini disana dapat dilihat peninggalan sejarah Islam, yaitu adanya makam Papan Tenggi dan makam Mahligai.

Foto: Presiden Jokowi mengunjungi kawasan objek wisata religi Pemakaman Mahligai Barus. (Laily Rachev/Biro Pers Setpres)
Foto: Presiden Jokowi mengunjungi kawasan objek wisata religi Pemakaman Mahligai Barus. (Laily Rachev/Biro Pers Setpres)

4. Ada Sufi terkenal dari Barus

Ia adalah Hamzah al-Fansuri atau dikenal juga sebagai Hamzah Fansuri. Ia adalah seorang ulama sufi dan sastrawan yang hidup pada abad ke-16, yang berasal dari Barus. Ada juga yang berpendapat ia lahir di Ayutthaya, ibukota lama kerajaan Siam.

Nama "al-Fansuri" sendiri berasal dari arabisasi kata Pancur, sebuah kota kecil di pesisir Barat Tapanuli Tengah, dekat dengan Barus. Dalam zaman Kerajaan Aceh Darussalam, kampung Fansur itu terkenal sebagai pusat pendidikan Islam di bagian Aceh Selatan.

Maka tidak heran, Hamzah al-Fansuri lama berdiam di Aceh. Ia terkenal sebagai penganut aliran wahdatul wujud. Itu adalah sebuah ajaran yang meyakini penyatuan wujud Tuhan dengan wujud makhluk, artinya bersatunya Tuhan dengan manusia yang telah mencapai hakiki atau dipercaya telah suci.

Dalam sastra Melayu, Hamzah al-Fansuri dikenal sebagai pencipta genre syair. Ada yang menyebutnya sebagai Sang Pemula Puisi Indonesia.

Sang sufi yang juga penyair mula-mula Indonesia dari abad ke-16 itu, telah dianugerahi Bintang Budaya Parama Dharma, oleh Presiden Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, pada 12 Agustus 2013 yang lalu.

5. Barus adalah titik nol

Melalui Barus, kita mengetahui sejarah perihal bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Melayu Barus merupakan titik nol, dalam pengembangan bahasa dan sastra Indonesia.

Prof. Amrin Saragih, seorang doktor linguistik terjemahan bahasa Inggris dari Universitas Negeri Medan, mengatakan bahwa permulaan rentasan bahasa Melayu yang berkeindonesiaan adalah dari Barus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun