Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjalin Indonesia dari Titik Nol "Barus" dalam Balutan Sumpah Pemuda

28 Oktober 2020   10:27 Diperbarui: 19 Desember 2020   12:36 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Titik Nol Islam Nusantara di Barus | Sumber: pecihitam.org

Sementara itu, Sanusi Pane lahir di Muara Sipongi, Mandailing Natal, Sumatera Utara, pada tanggal 14 November 1905. Meninggal di Jakarta, tanggal 2 Januari 1968 pada umur 62 tahun. Ia adalah seorang sastrawan Indonesia yang digolongkan ke dalam angkatan Pujangga Baru. Ia banyak menulis puisi, naskah drama, dan kajian sejarah.

Kembali ke soal bahasa. Bahwa kongres bahasa Indonesia I (pertama) dilakukan di Solo pada tanggal 25-28 Juni 1938. Selanjutnya, kongres kedua dilaksanakan di kota Medan, Sumatera Utara, pada 28 Oktober-2 November 1954, bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda.

Kota Medan dipilih, karena menurut M. Yamin, Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953--1955), di kota Medanlah bahasa Indonesia dipakai dan dipelihara, baik di keseharian rumah tangga maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Kembali ke topik menjalin keindonesiaan dari titik nol Barus. Ada hal yang sangat menarik dari kota ini yang belum diketahui oleh banyak orang. Yuk, kita lihat.

1. Kota ini merupakan emporium dan pusat peradaban tua

Emporium adalah pusat perdagangan; pusat perbelanjaan. Barus menjadi pusat peradaban pada abad 1 -- 17 M, disebut juga dengan nama lain, yaitu Fansur.

Kecamatan Barus berada di Pantai Barat Sumatera, dengan ketinggian antara 0 -- 3 meter di atas permukaan laut. Di sebelah Baratnya, Barus berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, maka tidak heran sebagai kota pelabuhan, ia menjadi pusat perdagangan. Perdagangan adalah salah satu modus operandi penyebaran bahasa yang sangat efektif.

2.Terkenal sejak zaman Firaun Mesir

Syekh Ali Akbar Marbun, pimpinan salah satu pondok pesantren di Barus, mengatakan bahwa Barus sudah terkenal sejak zaman Firaun Mesir. Terutama demi kepentingan pembalseman mumi di Mesir, dengan rempah-rempah dan bahan kapur barus yang diambil orang Mesir dari Barus.

Kapur Barus dan rempah-rempah dari kota Barus, pada masa lalu merupakan salah satu komoditas perdagangan yang sangat berharga yang diperdagangkan sampai ke Arab, dan Parsia. Kapur Barus sangat harum dan menjadi bahan utama dalam pengobatan. Namun, eksplorasi yang berlebihan dari kapur barus ini mengakibatkan tidak ada lagi regenerasi dari pohon yang berusia lama ini.

3. Pusat penelitian arkeologi Islam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun