Kehidupan bangsa-bangsa di dunia, diwarani oleh kiprah orang-orang dengan sisi gelap dan sisi baiknya masing-masing. Siapakah pemilik sejarah? Ada yang bilang, bahwa yang dikatakan sebagai sejarah adalah hasil pembingkaian cerita oleh mereka yang berkuasa.
Dalam sudut pandang demikian, maka setiap rezim berganti, maka berubah jugalah sejarah yang diyakini dan disebarluaskan sebagai kebenaran. Bahkan, kini semakin sulit mengetahui sejarah yang sesungguhnya, di tengah kemunculan para revisionis yang membuat sejarah menurut versinya sendiri dengan dukungan penyalahgunaan teknologi informasi.
Kita sebenarnya tidak perlu terjebak dalam perdebatan tanpa ujung tentang asal-usul kita, sekalipun itu penting. Oleh karena yang terutama di antara yang penting sepertinya adalah, bagaimana kita menjalani hari ini, dalam waktu yang selalu berjalan dan berganti, sambil berusaha menjalani dan mengisinya sebaik mungkin dengan hal-hal terbaik yang kita bisa.
Benar, bahwa yang menjadi ukuran dalam hal ini, bukan sebanyak apa yang kita punya, melainkan seberapa berguna kehadiran kita. Bukan sebanyak apa yang kita tahu, melainkan seberapa jauh kita peduli.
Nilai dan kualitas kemanusiaan kita tidak semata diukur dari kebenaran pendapat tentang asal-usul kita dari mana, tetapi seberapa berguna kita bagi sesama, makhluk hidup lainnya, dan alam ciptaan secara keseluruhan.
Kalau terjadi kesalahan dalam pendapat ini, jangan-jangan memang tidak sedikit kita menemukan kenyataan dimana mereka yang berasal dari kerajaan animalia, dalam sebagian hal tampaknya lebih manusiawi dari kita. Atau sebaliknya, manusia yang tampak bisa lebih buas dari hewan terbuas sekalipun?
Jangan salah menyimpulkan pandangan mereka yang berkata dalam kiasan, bahwa manusia adalah makhluk yang kecerdasannya sangat berhubungan dengan kekejamannya. Sebab, kecerdasan sejatinya memang digunakan untuk memuliakan kehidupan sesama, mencegah ancaman terhadap kehidupan makhluk hidup lainnya, dan melestarikan alam ciptaan secara keseluruhan sebagai tempat hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H