P r o l o g
30 April 2020, saya memulainya dengan sebuah puisi, "Tanya Jelaga kepada Laba-laba".
Rumah sepi, jalananpun sunyi
Kemana gerangan orang-orang?
Apakah semua bersamadi?
Bukan, tak ada uang maka sepiÂ
Benarkah? Selalukah tentang uang?
Makan harus ada uang, samadipun mungkin harus ada uang
Lalu dimana gerangan uang?
Itulah, mencarinya keburu membuat orang matiÂ
Itu, di sana ada orang lalu lalang
Di sanakah gerangan uang?
Bukan, orang-orang itu memburu kehidupan
Takada uang, mati
Bukan, itu bukan sepi, bukan pula terlantar
Di rumah ada jelaga, dan laba-laba yang bersarang
Bersama menertawakan kehidupan
Lain hari meratapi kematian
***
2015, lima tahun lebih awal...
Kami membuka sebuah apotek di sebuah ruas jalan yang ramai di kota. Namun, pemain baru pasti membutuhkan upaya ekstra. Sebagai pesaing amatir, pemain lama menang nama dan segalanya. Begitulah hidup, dimana-mana, ya begitu.
Dua tahun kemudian...
10 Juni 2017, Celengan