Dugaan kami, markisa yang satu ini tidak sama dengan markisa yang dulu biasa kami tanam di ladang. Mungkin ini adalah jenis markisa hibrida, hasil persilangan antar spesies markisa yang berbeda.
Tanggal 12 Mei 2020, adalah hari pertama kami memanen tiga buah markisa yang ditanam di samping rumah. Ya, tiga buah, bukan tiga kilo atau tiga karung.Â
Itu adalah masa sekitar 9 bulan, sejak kami pertama kali menanam hingga pertama kali memanen. Mirip dengan usia janin di dalam kandungan hingga dilahirkan.
Namun, karena kurang paham dan kurang peduli, pada hari itu kami hanya mencampur daging buahnya langsung dengan air minum dan gula. Segar sekali rasanya, tapi bukan menyerupai sirop markisa kemasan pada umumnya.
Bagi masyarakat petani, tidak ada yang paling ditunggu selain musim panen dan berhasil menjual hasil panen dengan harga yang memuaskan. Namun, tulisan ini bukan tentang kisah panen markisa dalam konteks yang demikian.
Namun, pelajaran yang bisa dipetik dalam kisah kehidupan markisa yang berasal dari bibit yang hampir mati, tapi ternyata bisa hidup, bahkan tumbuh lebat manakala bumi menumbuhkannya dari dalam tanah yang diberi makan dengan cukup.
Saya tidak tahu, sampai berapa lama markisa ini akan tumbuh dan sebanyak apa buah yang akan dihasilkannya.Â
Puncak panen tanaman markisa kami dalam periode pertama berbuahnya adalah pada 3 Agustus 2020. Selanjutnya, hampir setiap hari ada buah yang bisa dipetik meskipun tidak banyak.