Di Praha dia melamar pekerjaan untuk membantu-bantu di klinik dokter Josef Novak, karena ia sudah tidak mendapatkan kiriman uang dari keluarganya di China.
Selama bekerja di klinik itu, dia mendapati dokter Josef selalu murung. Sebabnya adalah karena rasa kehilangan yang mendalam Josef atas istrinya, Sarah, dan putrinya, yang ditangkap Gestapo dan dibuang ke kamp konsentrasi Jerman. Ia yakin bahwa istri dan anaknya sudah mati.
Kemudian pada tahun 1948, setelah berakhirnya perang dunia ke-II, orang-orang berkumpul di alun-alun Praha. Merayakan kebebasan dan kemerdekaan. Lanxin mengajak Josef untuk ikut menari bersama orang-orang. Katanya, bagaimanapun orang-orang yang kita kasihi, yang sudah lebih dahulu meninggalkan kita, menginginkan kita untuk berbahagia menjalani sisa hidup.
Josef setuju dan itulah awal mula benih rasa cinta di antara mereka. Josef memberikan sebuah mantel rajutan tanda mata kepada Lanxin.
Tin Jian sungguh tidak mengerti, mengapa neneknya dulu tidak tinggal saja dan hidup berbahagia dengan Josef di Praha. Hingga akhirnya dia menerima kenyataan cinta yang tidak sesederhana yang dimimpikannya.
Pada sebuah kesempatan, mantan tunangan Tin Jian datang menemuinya ke Praha. Qi Xian menunjukkan sebuah surat yang dikirim oleh almarhum neneknya kepada mantan tunangannya ini.
Dalam suratnya, neneknya mengaku bahwa ia senang mendengar pertunangan Tin Jian dan Qi Xian, walaupun pertunangan itu sebetulnya tidak pernah berlanjut ke pernikahan. Pesan nenek Lanxin, apapun yang terjadi, walaupun mereka berpisah nantinya, mereka tidak boleh saling membenci. Kata nenek Chen Lanxin, "Bagaimanapun, cinta seperti air mendidih. Selanjutnya akan mendingin".
Tin Jian sebenarnya sudah semakin dewasa. Kepahitan dari pertunangan pertamanya yang gagal membuat dia semakin kuat. Katanya kepada mantan tunangannya itu, "Aku sudah lama tidak membencimu. Jika aku tidak merelakan masa lalu, hari esok tidak akan tiba".
Menjalani hubungan yang tampak manis dan aman tenteram dengan Zeyang, akhirnya tibalah sebuah masalah. Ibu Zeyang yang semakin depresi akibat suaminya yang tidak pulang-pulang, yang perselingkuhannya dirahasiakan oleh anaknya karena tidak ingin menambah kegilaannya, harus diopname karena overdosis akibat terlalu banyak menenggak obat tidur.
Zeyang menjadi goyah cintanya kepada Tin Jian, karena nasihat ibunya, "Kau pikir masa depan tidak akan datang, karena kau tidak merencanakannya? Karena itu kau menjalaninya perlahan-lahan. Sebenarnya kau tidak tahu apa yang sedang kau lakukan. Bagaimana kau mau menjaganya?"
Zeyang bimbang, bagaimana ia akan menjaga masa depan hubungannya dengan Tin Jian, sementara ia adalah orang tua tunggal akibat pernikahan pertamanya yang hancur. Anaknya dan ibunya membutuhkan perhatian penuh darinya, karena ayahnya sama sekali tidak bisa lagi diharapkan. Pernikahan ayah dan ibunya diambang perceraian.