Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

"Ndurung" dalam Reportase, Gambaran Wisata Aman dan Nyaman dalam Liputan

21 Agustus 2020   13:41 Diperbarui: 21 Agustus 2020   13:38 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolam ikan Desa Semangat, Karo, 20/01/2019 (Dokpri)

Meskipun dalam bentuk reportase, berwisata sambil menangkap ikan dengan aman dan nyaman dalam liputan "Ndurung" ini, tidaklah sepenuhnya kalah menarik, dibandingkan dengan saat itu dilakukan langsung ke alam. Membaca sebuah narasi reportase wisata sambil melihat-lihat foto-foto pemandangan alam atau objek wisata yang indah dan unik, bisa menjadi sebuah proses penciptaan pengalaman reproduktif atas hal yang ingin didekati dan dipahami.

Hal itu mencakup empati terhadap pengalaman, pemikiran, emosi dan ide-ide yang tampak atau terasa dari narasi dan gambar-gambar yang kita lihat. Memandang hamparan sawah dan kolam ikan yang terpampang di sekitarnya, membuat kita bisa berempati terhadap pengalaman petani dan orang desa atas kesunyian sekaligus kedamaiannya yang jauh dari berbagai keterbatasan dan permasalahan yang rumit di perkotaan, baik lapangan kerja, ketimpangan sosial, pemukiman kumuh, tingkat kriminalitas, atau bahkan isu pandemi sekalipun.

Kolam ikan dan alam sekitar yang tenang, Desa Semangat, Karo-20/01/2019 (Dokpri)
Kolam ikan dan alam sekitar yang tenang, Desa Semangat, Karo-20/01/2019 (Dokpri)
Berwisata dalam narasi reportase dan foto-foto, tentu selalu tidak terlepas dari perjalanan langsung ke daerah atau objek wisata, baik oleh kita sendiri maupun oleh orang lain, yang memungkinkannya untuk didokumentasikan, baik dalam bentuk narasi, gambar atau video. Melihat kembali dokumentasi pariwisata memungkinkan terjadinya suatu pengekangan atau penundaan terhadap penilaian fenomenologis yang berdimensi tunggal dan memaksakan kehendak.

Berwisata lewat dokumentasi reportase juga membuat kita bisa mengalami devosi atau penyangkalan diri yang hangat secara spontan, baik melalui pengalaman orang lain, maupun pengalaman kita sendiri. Terkadang kita bisa menemukan nilai yang lebih substantif dan esensial dari sebuah objek wisata justru saat meniliknya melalui sebuah ulasan yang dituliskan, ketimbang saat langsung datang dan menatap apa yang tampak sendiri, sambil berjuang dalam desak-desakan antrian ketika berada di sana. Entah untuk memesan makanan, antri membayar, atau bahkan untuk sekadar membuang hajat.

Sebab itu, tidak jarang ketika membaca rubrik travelling di sebuah majalah, kita juga bisa merasakan ketenangan saat memandang hijau dan segarnya pemandangan alam. Atau ketika sambil santai di rumah kita menonton reportase objek wisata dan kuliner di televisi, kita bisa merasakan atmosfer santai bahkan sebelum kita sampai ke tempat itu.

Belajar berwisata sambil beradaptasi dengan kebiasaan baru, akan memberi kita kapasitas untuk melihat secara objektif esensi dari sebuah fenomena, bahkan mengupas subjektifitas suatu persepsi dan membawa kita berrefleksi menembus jauh akan apa yang tampak. Mari berwisata dan di rumah saja dengan porsi yang seimbang, sekaligus aman dan nyaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun