Pada masa sekitar tahun 1997, ketika masih duduk di bangku SMP, itu adalah tahun pertama saya ikut tergabung dalam sebuah grup musik tiup gereja di Kabanjahe. Kami sering kali bermain musik untuk mengiringi acara kabaktian pemberkatan pernikahan di gereja maupun ibadah penguburan anggota jemaat yang meninggal dunia.
Salah satu hal yang sangat menyenangkan yang saya ingat dari masa-masa itu adalah, ketika akan makan malam setiap kali selesai mengiringi ibadah-ibadah itu. Kami, para pemusik tiup yang rata-rata masih duduk di bangku kelas dua SMP hingga kelas tiga SMA, biasanya mengatur menu makan secara bergantian. Bila kemaren menunya adalah masakan khas Padang, maka kali ini masakan khas Cina.
Para pemuda pemusik tiup (Dokpri)
Sekali makan, biasanya tiga sampai empat meja makan penuh kami duduki. Maklum saja, personil musik tiup ini jumlahnya biasanya antara 12 sampai 16 orang sekali main.
Namun, kisah ini bukan tentang musik tiup. Ini soal kisah salah satu rumah makan khas makanan Cina yang sudah cukup tua dan berada di salah satu sudut kota Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Walaupun sudah cukup tua, nama rumah makan ini adalah "Baru Indah". Pemilik sekaligus Chef-nya adalah bapak Lau Kin Lia.
Hari ini ketika saya singgah di rumah makan ini, saya melihat bapak ini sudah cukup lanjut usia. Pak Lau Kin Lia saat ini berumur 68 tahun. Ketika saya mengatakan bahwa dulu pada tahun 90-an saya sering makan di rumah makan ini, dia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa tak terasa itu sudah lama dan waktu cepat berlalu.
Pak Lau, mulai membuka rumah makannya pada tahun 1990. Dia memiliki seorang istri, dan 2 orang anak perempuan yang keduanya sudah menikah. Seorang anaknya tinggal di Medan, dan satu lagi tinggal di Penang, Malaysia.
Hari ini saya memesan salah satu masakan favorit yang saya senangi hingga kini, yakni
mi pangsit kuah. Pangsit atau
wonton adalah makanan berupa daging cincang yang dibungkus lembaran tepung terigu. Setelah direbus sebentar, pangsit umumnya dihidangkan di dalam sup bersama dengan mi. Selain direbus, pangsit juga digoreng dengan minyak goreng yang banyak hingga seperti kerupuk.
Sambil asistennya bekerja menyiapkan mi pangsit kuah yang saya pesan, Pak Lau berujar bahwa masa-masa ketika banyak anak remaja makan di rumah makan ini adalah masa pada tahun 1990 hingga tahun 2000. Kini, ditambah isu global pandemi covid-19 sepi sekali orang yang makan di sini.
Menyiapkan mi pangsit kuah (Dokpri)
Rumah makan Cina "Baru Indah" milik pak Lau menempati sebuah ruko bergaya bangunan kuno yang ada pada salah satu blok di pusat kota Kabanjahe. Meskipun tidak tampak sebagai komplek pecinan dengan ornamen khas Tiongkok sebagaimana adanya pada kota-kota besar yang ada di Indonesia, kawasan yang menjadi lokasi rumah makan ini nuansanya seperti komplek pecinan. Banyak rumah makan khas Cina yang ada di sini.
Sisa beberapa Ruko bergaya
Bangunan kuno yang saya maksudkan adalah bangunan ruko zaman dulu yang bergaya
Chinese Shophouse, yang berdampingan dengan ruko-ruko yang belakangan dibangun. Tipikal bangunan yang khas pada beberapa negara di Asia Tenggara ini, adalah tipikal rumah "gerbong" yang memanjang ke belakang.
Lihat Foodie Selengkapnya