Pada masa sekitar tahun 1997, ketika masih duduk di bangku SMP, itu adalah tahun pertama saya ikut tergabung dalam sebuah grup musik tiup gereja di Kabanjahe. Kami sering kali bermain musik untuk mengiringi acara kabaktian pemberkatan pernikahan di gereja maupun ibadah penguburan anggota jemaat yang meninggal dunia.
Salah satu hal yang sangat menyenangkan yang saya ingat dari masa-masa itu adalah, ketika akan makan malam setiap kali selesai mengiringi ibadah-ibadah itu. Kami, para pemusik tiup yang rata-rata masih duduk di bangku kelas dua SMP hingga kelas tiga SMA, biasanya mengatur menu makan secara bergantian. Bila kemaren menunya adalah masakan khas Padang, maka kali ini masakan khas Cina.
Namun, kisah ini bukan tentang musik tiup. Ini soal kisah salah satu rumah makan khas makanan Cina yang sudah cukup tua dan berada di salah satu sudut kota Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Walaupun sudah cukup tua, nama rumah makan ini adalah "Baru Indah". Pemilik sekaligus Chef-nya adalah bapak Lau Kin Lia.
Pak Lau, mulai membuka rumah makannya pada tahun 1990. Dia memiliki seorang istri, dan 2 orang anak perempuan yang keduanya sudah menikah. Seorang anaknya tinggal di Medan, dan satu lagi tinggal di Penang, Malaysia.
Sambil asistennya bekerja menyiapkan mi pangsit kuah yang saya pesan, Pak Lau berujar bahwa masa-masa ketika banyak anak remaja makan di rumah makan ini adalah masa pada tahun 1990 hingga tahun 2000. Kini, ditambah isu global pandemi covid-19 sepi sekali orang yang makan di sini.
Dari informasi yang pernah saya peroleh dari salah seorang teman yang menaruh minat terhadap bangunan-bangunan kuno, alasan membuat bentuk ruko tampak tidak lebar di depan, tapi memanjang ke belakang disebabkan karena besaran pajak pada waktu itu dihitung berdasarkan lebar rumah.
Menurut informasi para orang tua, pada setiap blok bangunan ini dulunya, pada bagian tengah blok yang terbentuk karena ruko-ruko yang saling membelakangi, terdapat ruang terbuka tempat sinar matahari bisa masuk dan air hujan bisa tercurah. Kata pak Lau, dulu sebelum orang-orang saling membangun bagian belakang rumahnya, anak-anak bahkan bisa bermain bola di lahan yang seperti lapangan kecil di belakang rumah itu.
Waktu berlalu, mi pangsit kuah semangkuk sudah ludes saya santap. Pak Lau juga sudah selesai bercerita. Saatnya dia beristirahat di lantai atas, kini giliran ibu yang memegang kendali di dapur rumah makan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H