Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menemukenali Serpihan Sejarah Bangunan Tua Kota Berastagi

9 Agustus 2020   01:44 Diperbarui: 9 Agustus 2020   10:18 2931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu bangunan tua di Van Light/ Panglet, Berastagi (Dokpri)

Menyusuri jalanan menanjak dan berliku menuju Kota Berastagi, khas jalanan menuju daerah pegunungan, yang meliuk sejauh jarak sekitar 66 kilometer dari Kota Medan, mata kita akan dimanjakan hijaunya dedaunan dari pohon-pohon yang tumbuh di jejeran perbukitan Taman Nasional Bukit Barisan, Sumatera Utara.

Berastagi merupakan kota terbesar kedua di Dataran Tinggi Karo setelah Kota Kabanjahe, ibukota Kabupaten Karo. Sebagai salah satu kota wisata yang populer di Sumatera Utara, Berastagi diapit oleh 2 gunung berapi aktif, yakni Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung.

Dekat dari kaki Gunung Sibayak, terdapat pemandian mata air panas, di desa Raja Berneh atau sekarang disebut dengan Desa Semangat Gunung. Kota Berastagi sendiri berada di ketinggian lebih dari 1300 mdpl, menjadikan kota ini sebagai salah satu kota terdingin yang ada di Indonesia.

Aktivitas ekonomi di Berastagi memang terpusat pada produksi sayur, bunga-bunga, buah-buahan dan pariwisata. Berastagi merupakan salah satu penghasil sayur, dan buah-buahan terbesar di Sumatera Utara. Bahkan sudah di ekspor ke Singapura dan Malaysia.

Kecamatan Berastagi mempunyai luas wilayah paling kecil yaitu 30,50km2 atau 1,43% dari luas wilayah Kabupaten Karo, dengan jumlah penduduk sebanyak 50.635 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.660,16 jiwa/km2. 

Ini membuat Berastagi merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi kedua setelah Kecamatan Kabanjahe, yang merupakan ibu kota Kabupaten Karo (Menurut data Kabupaten Karo Dalam Angka 2018, publikasi BPS Kab. Karo Tahun 2018).

Kepadatan penduduk Kota Berastagi berhubungan erat dengan potensinya sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Sumatera Utara, di mana banyak kegiatan jasa dan perhotelan, sehingga banyak masyarakat berdomisili di sini untuk melakukan aktivitas di bidang pariwisata.

Baca juga : Selamat Hari Kasih Sayang, Berastagi "I Love You"

Namun, di balik potensi keindahan alamnya, sebenarnya ada serpihan jejak sejarah yang bisa ditemukenali lewat bangungan-bangunan bersejarah yang sudah ada sejak dari zaman kolonial. Mungkinkah bangunan-bangunan ini lebih tepat bila dilindungi sebagai cagar budaya?

Meskipun demikian pemanfaatannya tentu tetap harus sesuai dengan konteks aktual peruntukannya dan sesuai dasar legalitas kepemilikannya. Sebab bangunan-bangunan ini berguna tidak saja bagi penggalian dan penanaman rasa memiliki warga masyarakat, terutama para generasi muda, atas sejarah kotanya ini, tapi juga jelas sekali bermanfaat bagi peningkatan potensi pariwisata yang bernilai ekonomi, sekaligus juga mengandung pelestarian nilai ideologis, ekologis dan sosial budaya.

Dalam konsideran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, disebutkan bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Selanjutnya pada Pasal 1 undang-undang tersebut disebutkan bahwa Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Pertimbangan lainnya bahwa untuk melestarikan cagar budaya, negara bertanggung jawab dalam pengaturan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya, yang perlu dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya.

Selanjutnya pada undang-undang tersebut dijelaskan bahwa dengan adanya perubahan paradigma pelestarian cagar budaya, diperlukan keseimbangan aspek ideologis, akademis, ekologis, dan ekonomis guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Setidaknya, bagi saya pribadi yang ketika masih duduk di bangku sekolah dasar pernah selama tiga tahun berdomisili di kota Berastagi, pada sekitar tahun 1995 hingga 1998, masih banyak sisi historis tempat-tempat dan bangunan-bangunan indah nan bersejarah dari kota ini yang baru saya ketahui.

Jelas saja bahwa sesuatu yang kini menjadi klasik sesungguhnya karena berasal dari sejarah kejayaan masa lalu. Mari kita mencoba menemukenali beberapa serpihan sejarah bangunan-bangunan satu persatu.

1. Bungalow Menara I dan Menara II PTPN 2

Bangunan tua bergaya arsitektur Eropa. Kini digunakan sebagai Bungalow Menara I dan Menara II PTPN 2 Tanjung Morawa. Berlokasi di dekat Hotel Internasional Sibayak, Berastagi, Kab. Karo, Sumatera Utara.

Dengan halaman rumput yang luas, pohon-pohon cemara berukuran besar yang pastinya juga sudah berumur tua, dan akses jalan masuk dengan latar belakang Gunung berapi Sibayak yang tampak indah di kejauhan.

Bungalow Menara I dan II PTPN II
Bungalow Menara I dan II PTPN II
Bungalow Menara I dan II PTPN II (Dokpri)
Bungalow Menara I dan II PTPN II (Dokpri)
Bungalow Menara I dan II PTPN II (Dokpri)
Bungalow Menara I dan II PTPN II (Dokpri)
Halaman rumput dan akses jalan berlatar Gunung Sibayak (Dokpri)
Halaman rumput dan akses jalan berlatar Gunung Sibayak (Dokpri)
2. Eks Mess Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA)

Bangunan bergaya khas Belanda, eks mess Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) berlokasi di sekitar tempat yang dulunya bernama Van Light (dibaca oleh warga lokal menjadi Panglet), Berastagi, Kab. Karo, Sumatera Utara. Saat ini dipakai menjadi lokasi sebuah cafe.

Foto diambil kebetulan saat abu erupsi Gunung Api Sinabung sedang melintasi langit kota Berastagi. Dari peta kawasan rawan Bencana Kabupaten Karo.

Dapat diketahui bahwa gunung api aktif yang terdapat di Kabupaten Karo, yakni gunung api Sinabung yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Payung dan Kecamatan Simpang Empat, serta gunung api Sibayak yang sebagian berada di Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Berastagi, potensi dan derajat bahaya yang ditimbulkan dari letusan gunung api tersebut salah satunya adalah jatuhan abu vulkanik (piroklastik) yang memang beberapa kali meliputi daerah Berastagi, sejak erupsi pada tahun 2010 yang lalu.

cafe jabu, eks mess PJKA, Berastagi (Dokpri)
cafe jabu, eks mess PJKA, Berastagi (Dokpri)
cafe jabu, eks mess PJKA, Berastagi (Dokpri)
cafe jabu, eks mess PJKA, Berastagi (Dokpri)
cafe jabu, eks mess PJKA, Berastagi (Dokpri)
cafe jabu, eks mess PJKA, Berastagi (Dokpri)
3. Djakarta Loyd

Bangunan tua, yang kalau tidak salah dulunya dikenal dengan nama Djakarta Loyd. Menurut informasi bangunan ini dibangun sekitar tahun 1920-an, berlokasi di depan Hotel Rudang, Berastagi, Kab. Karo, Sumatera Utara.

Bangunan tua Djakarta Loyd (Dokpri)
Bangunan tua Djakarta Loyd (Dokpri)
Bangunan tua Djakarta Loyd (Dokpri)
Bangunan tua Djakarta Loyd (Dokpri)
Bangunan tua Djakarta Loyd (Dokpri)
Bangunan tua Djakarta Loyd (Dokpri)
4. Bangunan Tua Van Light

Bangunan bergaya khas Belanda dengan dinding beton yang direlief, di salah satu sudut lokasi sekitar Van Light (dibaca oleh warga lokal menjadi Panglet), Berastagi, Kab. Karo, Sumatera Utara.

Banyaknya bangunan bergaya Eropa di sekitar lokasi ini mungkin karena dulunya di kawasan ini banyak dibangun semacam pesanggrahan bagi para pembesar Deli Plantir.

Salah satu bangunan tua di Van Light/ Panglet, Berastagi (Dokpri)
Salah satu bangunan tua di Van Light/ Panglet, Berastagi (Dokpri)
Salah satu bangunan tua di Van Light/ Panglet, Berastagi (Dokpri)
Salah satu bangunan tua di Van Light/ Panglet, Berastagi (Dokpri)
5. De Merel

Bangunan khas Belanda yang diberi nama De Merel yang berlokasi di sebuah tempat bernama Panglet, Berastagi, Kab. Karo, Sumatera Utara. Sejak tahun 1995 saya hanya tahu nama Panglet, padahal nama itu adalah salah sebut yang keterusan di lidah orang lokal. Nama sebenarnya adalah Van Light yang dibaca Panglet.

De Merel (Dokpri)
De Merel (Dokpri)
De Merel (Dokpri)
De Merel (Dokpri)
De Merel (Dokpri)
De Merel (Dokpri)
6. Eks PLTD Listrik Bawah 

Eks bangunan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), berlokasi di kampung Listrik Bawah, Berastagi, Kab. Karo, Sumatera Utara. Besar kemungkinan karena adanya PLTD ini, kampungnya diberi nama Listrik Bawah. Sampai tahun 1995, PLTD ini masih berfungsi.

Eks PLTD Listrik Bawah, Berastagi (Dokpri)
Eks PLTD Listrik Bawah, Berastagi (Dokpri)
Eks PLTD Listrik Bawah, Berastagi (Dokpri)
Eks PLTD Listrik Bawah, Berastagi (Dokpri)
Eks PLTD Listrik Bawah, Berastagi (Dokpri)
Eks PLTD Listrik Bawah, Berastagi (Dokpri)
7. Rumah Loji

Bangunan tua bergaya arsitektur khas Eropa. Teras depan menghadap ke Timur, dan berlokasi di atas bukit. Pasti bangunan ini tampak sangat mewah dengan bentangan pemandangan alam berbukit dan lembah lahan-lahan pertanian pada masa keemasannya.

Bangunan di belakangnya adalah ruang-ruang mirip rumah loji Belanda, dan paling belakang ada lumbung bergaya khas Eropa. Berada di lembah bukit Gundaling, Berastagi, Kab. Karo, Sumatera Utara

Rumah Loji, Berastagi (Dokpri)
Rumah Loji, Berastagi (Dokpri)
Rumah Loji, Berastagi (Dokpri)
Rumah Loji, Berastagi (Dokpri)
Lumbung Rumah Loji, Berastagi (Dokpri)
Lumbung Rumah Loji, Berastagi (Dokpri)
Tentu masih banyak hal lainnya yang bisa digali untuk dikagumi dan dicintai dari kota Berastagi. Tapi, cukuplah ini dulu untuk sekarang. Biar kusisakan rasa rinduku untukmu selalu, saat pulang ke kotamu, Berastagi.

Tak kenal maka tak sayang. Tak sayang maka tak cinta. Cintailah kotamu, karena kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.

Tambahannya, karena ini masih di masa pandemi covid-19, marilah mencintai kota kita, dengan terlebih dahulu mencintai diri sendiri dan keluarga yang kita sayangi dengan menerapkan protokol kesehatan yang tertib dan benar, termasuk dalam berwisata.

Berastagi I Love You

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun