Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Solar Minimum, Hari Ketika Saya Merindukan Dangau, kepada Sawah dan Ladang

18 Mei 2020   18:07 Diperbarui: 21 Mei 2020   19:09 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila benar, rencana pemerintah melalui kajian Kemenko Perekonomian sebagaimana dilansir dari cnbcindonesia.com (18/05/2020), bahwa fase normal di Indonesia akan mulai dijalankan pada 1 Juni 2020 yang akan datang ini, maka bukan hanya dengan Covid-19, tapi kita pun tidak bisa tidak harus berdamai dengan alam. 

Pertimbangan rencana memulai fase normal dalam sudut pandang ekonomi ini, karena belum ada kepastian kapan vaksinnya bisa ditemukan, sama tidak pastinya dengan fenomena alam dengan berbagai kemungkinan buruk yang dapat menyertainya.

Berdamai dengan kemungkinan cuaca dingin yang buruk, dengan kemungkinan letusan gunung berapi, dengan banjir atau kemarau berkepanjangan, yang mampu mengancam kelangsungan kehidupan kita, bahkan dalam skala yang tidak lebih kecil dari pandemi ini, barangkali adalah juga langkah-langkah yang patut dipersiapkan selain berbagai langkah antisipasi kemungkinan krisis ekonomi kalau situasi seperti sekarang berkepanjangan. 

Dan seperti apa yang disampaikan oleh juru bicara pemerintah dan para ahli itu, semua ini pun mungkin dijalankan tapi tetap dengan catatan apabila kita mampu menyesuaikan diri dengan gaya hidup kenormalan yang baru yang mungkin akan menjadi budaya tetap masyarakat kita pada umumnya hingga hari-hari ke depan ini.

Perjalanan dinas terutama ke luar daerah mungkin masih akan tetap dibatasi, rapat-rapat dalam jaringan (online meeting) mungkin akan lebih sering dilakukan ketimbang berkumpul langsung membahas sesuatu dalam diskusi, memakai masker menjadi kebiasaan setiap kali ke luar ruangan, dan dunia kerja manajemen sebagaimana arahan dan inisiatif menteri keuangan dalam apa yang disebut sebagai flexible working space (fws) mungkin akan makin meluas diterapkan. Sebagaimana orang-orang telah berbulan-bulan bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah.

Tantangannya tentu saja kesiapan kita mengadopsi hal itu semua. Karena tidak ada yang bisa memastikan apakah semua hal itu benar-benar dikerjakan, selain kemandirian dan inisiatif kita masing-masing yang menyadari bahawa kita benar-benar tinggal di bumi yang rapuh dan bisa sakit. 

Setidaknya, pertanian kita yang memungkinkan makanan tersaji di meja makan kita, hingga kini masih menuntut tanah dan air untuk bisa tumbuh optimal.

Untuk bisa tidak terjatuh ke dalam bencana kelaparan, tanpa harus membajak sawah atau ladang, dan apa selanjutnya yang bisa dilakukan petani tanpa memerlukan tanah dan air, hal-hal itu tentu adalah kerja besar bila manusia memang ingin membuktikan bahwa tanpa itu pun kita masih bisa makan. Siapkah kita?

Referensi:

satu, dua, tiga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun