Scient a est Sapientia, ilmu pengetahuan adalah sumber kebijaksanaan. Demikianlah sepenggal ungkapan dari terjemahan berbahasa Latin.
Mengkaitkan hubungan antara ilmu pengetahuan dengan kebijaksanaan, maka pikiran kita mungkin akan langsung terhubungkan dengan sekolah sebagai tempat menimba ilmu. Namun, pengalaman yang sudah berumur cukup tua ternyata membuktikan bahwa sekolah dalam arti formal bukan sumber ilmu pengetahuan satu-satunya.
Apalagi bila dihubungkan dengan pengalaman kita sebagai orang tua yang memiliki anak-anak usia sekolah, atau bahkan kita sendiri sebagai pelajar yang belajar di rumah setiap hari pada masa pandemi Covid-19 seperti saat ini. Ternyata, ilmu dan pengetahuan berhubungan erat dengan keluarga dan rumah sebagai lingkungannya.
Baca juga : https://www.kompasiana.com/teotarigan/5be23781ab12ae12ff396612/non-scholae-sed-vita-discimus
Sebagaimana pengalaman orang tua di Tiongkok pada zaman dahulu, yang berpendapat bahwa pembentukan perilaku luhur dan etika sebagai sebuah keutamaan hidup, yang tercermin dalam Pelajaran Di zi gui. Itu berasal dari tatanan hubungan yang paling erat di antara anggota keluarga. Itu adalah modal dasar untuk kemudian sampai kepada cara berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain.
Karakter yang baik merupakan dasar untuk melahirkan dan mengembangkan kasih sayang dan moralitas di masyarakat. Disanalah terasa pentingnya pendidikan rumah tangga dalam membentuk etika dan norma kehidupan yang sehat dan baik bagi seseorang.
Ilmu dan pengetahuan yang ditimba dan berkembang dalam tatanan hubungan di antara anggota keluarga, selanjutnya menjadi bekal anak untuk mempelajari ilmu lain. Pertimbangannya adalah, karena kalau anak tidak dididik dengan benar, ilmu lain yang ia pelajari bisa menjadi bumerang bagi bangsa dan negara. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia seutuhnya, sehat jasmani dan rohani, untuk bisa menjadi andalan keluarga, serta mengabdi kepada bangsa dan negara.
Setelah memenuhi syarat pendidikan moral yang mendasar, barulah mempelajari keahlian dan keterampilan lainnya berdasarkan bakat dan kemampuan masing-masing. Pengalaman panjang dari pendidikan Tiongkok ini, tampak dalam perilaku anak murid yang terbiasa belajar dan mengikuti ujian dengan tekun seolah-olah diawasi, sekalipun tidak ada guru yang mengawasi.
Hal itu adalah gambaran pepatah bijak kuno yang mengajarkan bahwa "Bila membawa wadah kosong, bawalah seperti membawa barang berisi. Saat masuk ruangan kosong harus tetap santun seperti ada orangnya." Model itu juga yang menanamkan sikap khawatir bila mendengar pujian, bersyukur bila mendengar kritikan, hingga melahirkan orang-orang yang tulus dan berjiwa besar menjalani kehidupan.
Kebijaksanaan lain yang mungkin muncul dari pencarian ilmu dan pengetahuan yang seperti ini adalah sesuatu yang tergambar dalam ungkapan "Sebelum membebankan kepada orang lain, tanyakan kepada diri sendiri. Bila diri sendiri tidak menginginkan, jangan meminta orang lain melakukannya."