Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Memahami Realitas di Antara Orang-orang dalam Pusaran Sayuran

26 April 2020   23:15 Diperbarui: 27 April 2020   13:05 1583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain tradisi Ikscon Yatra yang dilaksanakan selama 10 hari oleh para peziarah dan pemuja Dewa Krisna di India, yang membutuhkan sekitar 1,2 ton kembang kol, 1,2 ton kentang, 1,2 ton tomat dan 3,2 ton sayuran lainnya, sebagai bahan untuk menyiapkan kebutuhan sarapan, makan siang dan makan malam sekitar 5.000 porsi sekali makan, pada sebuah episode lain dari India's Mega Kitchen di National Geographic, ada lagi sebuah tradisi keagamaan yang dilaksanakan di Timur India.

Adalah tradisi perayaan Kalachakra Bodh Gaya, yang dilaksanakan selama 12 hari dan diikuti oleh ribuan orang.

Itu juga berarti sebuah tradisi perayaan yang memerlukan banyak bahan makanan. Beberapa menu sajian makan selama perayaan ini adalah susu mentega, teh, kue pipih Tibet dan tentu saja berbagai jenis sayuran.

Kedua tradisi keagamaan itu, dalam kaitannya dengan berbagai bahan makanan dari sayuran, hanyalah sedikit contoh bagaimana milyaran manusia yang hidup saat ini sangat membutuhkan tersedianya sayur-sayuran, tidak saja sebagai tradisi tapi juga sebagai sumber pasokan nutrisi penting bagi manusia di belahan bumi manapun di dunia.

Baca juga: Enigma Evolusi di Madagaskar dan Pelajaran tentang Makanan dari Govardhan

Bila sayuran yang tersaji dinikmati oleh konsumen, maka di sisi lain tidak kalah penting untuk menjadi perhatian adalah para petani sebagai produsen dan para pedagang sebagai distributor. Mereka dan kita semua, bisa dikatakan adalah orang-orang di pusaran sayuran.

Mencoba melihat mulai dari sudut pandang konsumen hingga produsen, di antara keduanya kali ini kita akan mencoba melihat para pedagang sayuran sebagai orang-orang di pusaran sayuran. Sebuah potret pedagang sayur di pusat pasar Kabanjahe.

Adalah Mamak Frengky, seorang pedagang sayuran yang menjadi langganan kami yang sudah berjualan sayuran di pusat pasar Kabanjahe selama lebih kurang 22 tahun. 

Dalam dunia kepegawaian, barangkali masa kerja ibu ini adalah masa kerja dari seorang pegawai yang setidaknya sudah termasuk golongan Pembina Tingkat I, atau berpangkat IV/b, atau komisaris besar atau seorang kolonel. Artinya, itu adalah sebuah masa yang cukup panjang.

Mamak Frengky, seorang pedagang sayuran di Pasar Kabanjahe (Dokpri)
Mamak Frengky, seorang pedagang sayuran di Pasar Kabanjahe (Dokpri)
Setelah hampir setahun kami berbelanja sayuran di tempatnya berjualan, saya meminta ijinnya untuk mengambil beberapa gambar. Dia terlihat sebagai seorang ibu yang tangguh, ramah dan tidak pelit sebagai seorang pedagang.

Saya tidak tahu apakah dia juga sampai kepada pemahaman filosofis tentang berdagang, khususnya sayuran, sehingga tampaknya porsi sayur yang dijualnya rasanya selalu lebih banyak dari penjual sayur yang lain yang pernah kami beli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun