Barangkali akan banyak sekali anak-anak yang kenal tokoh film kartun yang satu ini. Kulit berwarna biru terang, selalu membawa suling, bulu burung merak yang terselip di rambutnya yang ikal, sering kali berada di antara gadis pemerah susu sapi, sesekali suka juga mencuri keju dan susu dari dapur ibu. Itu adalah deskripsi atas sosok Khrisna kecil yang tinggal di desa Vrindavan, India.
Evolusi sering kali erat kaitannya dengan makanan. Habitat hidup berbagai spesies yang menyempit, berarti sumber makanan yang semakin terbatas. Apabila terjadi dalam jangka waktu yang berkepanjangan, maka alam akan menghasilkan berbagai makhluk yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Ini terbungkus dalam pepatah tua Charles Darwin soal seleksi alam. Bukan makhluk yang paling kuat dan paling cerdas yang akan bertahan hidup dalam alam yang berubah, melainkan yang paling mampu menyesuaikan diri. Ya, berbagai makhluk hidup di dunia berjuang menyesuaikan diri dengan tuntutan kebutuhan akan makanan yang semakin meningkat, sementara persediaan terbatas.
Evolusi di Madagaskar
Ditayangkan di saluran televisi Discovery Channel, Animal Planet, ada sebuah program acara yang bertajuk "Madagascar, Africa's Galapagos". Acara ini menyajikan berbagai keajaiban spesies di salah satu tempat dengan keanekaragaman hayati yang paling menakjubkan di dunia, dan tidak ada di tempat lain.
Dikisahkan bahwa pada tahun 1836, kapal HMS Beagle, berlayar dari Inggris dalam misi keliling dunia dan membawa seorang penumpang istimewa, Charles Darwin. Bukan dalam rangka misi penelitian biologi yang akhirnya melahirkan teori besar Evolusi, namun pelayaran ini dalam misi menghitung koordinat globe dengan menyusuri bola dunia hingga Amerika Latin.
Hal yang sudah dilakukan Darwin dalam empat tahun terakhir ini, kali ini membawanya mendekati daratan Madagaskar tanpa pernah mendarat di sana, tapi ia malah mendarat di Pulau Galapagos. Sebagaimana kebiasaannya, di setiap tempat yang didaratinya, ia akan melakukan ekplorasi medan dan penelitian.
Bisa kita bayangkan, seperti apa deskripsi yang akan diberikan oleh Darwin tentang keanekaragaman hayati yang ada di Madagaskar dan kekayaan teori evolusi yang akan dia terbitkan, sementara dengan hanya 5 hari berada di Galapagos yang keanekaragaman hayatinya tidak sekaya di Madagaskar, Charles Darwin mampu menulis bukunya "On The Origin of Spesies" yang sangat penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Biologi. Meskipun, tidak pernah mendarat di Madagaskar, teori Darwin tentang Evolusi bisa direfleksikan dengan sempurna di Madagaskar.
Kita akan melihat berbagai keistimewaan dari beberapa makhluk arboreal dan nokturnal yang hidup di Madagaskar. Pertama, kita akan melihat Fossa. Ini adalah hewan yang menyerupai kucing dan anjing.
Leher panjang dan bulu badan yang tidak memiliki garis atau totol membuatnya memenyerupai anjing, namun Fossa memiliki cakar yang bisa ditarik, ekor yang panjang, dan otot yang kokoh membuatnya juga menyerupai kucing besar. Mangsa utama Fossa adalah Lemur.
Berbeda dengan spesies lain pada umumnya, di mana dalam soal kawin dan berkembang biak pejantanlah yang memegang kendali, tapi bagi Fossa itu adalah domain yang dikendalikan oleh betina. Dialah yang berhak menentukan dengan jantan yang mana ia akan kawin.
Kedua, kita akan melihat Lemur. Sebagai hewan nokturnal, spesies yang satu ini keluar pada malam hari untuk mencari makan. Lemur suka memakan serbuk sari pada bunga dan juga kupu-kupu.
Dengan jejak evolusi yang panjang, ada lebih dari 100 spesies Lemur yang hidup di Madagaskar. Lemur Indri yang saat ini ada dan hidup di Madagaskar berasal dari nenek moyangnya, Lemur Araku. Ukuran badan Lemur Araku seperti gorilla, jauh lebih besar dari Lemur Indri.
Ketiga, ada lagi hewan bernama Tanrek. Ini adalah hewan celurut dan landak. Ahli biologi dan evolusi bahkan meyakini bahwa dalam suatu garis riwayat evolusi, Tanrek berevolusi menjadi gajah.
Dalam kaitannya dengan sumber-sumber makanan yang semakin terbatas, evolusi menghasilan varian spesis yang bahkan bisa hingga ratusan variasi, untuk mengisi berbagai relung habitat, berbagi makanan dalam jumlah dan jenis.
Di Madagaskar, ada juga hewan bernama Aye-Aye, sejenis rubah dan tikus. Ia memakan larva. Seabagai hasil evolusi yang ekstrem, Aye-aye memiliki ekor seperti rubah, bola mata yang tajam menusuk hingga ke dalam jiwa, dan cakar mengerikan di jari tengahnya.
Hewan-hewan yang bertahan hingga hari ini di Madagaskar adalah kisah sukses seleksi alam. Namun, apabila kerusakan lingkungan mengakibatkan perubahan habitat melampaui kemampuan evolusi makhluk hidup untuk beradaptasi, maka kenanekaragaman pun bisa hilang dalam sekejap.
Filososi Makanan dari Govardhan
Kisah evolusi di Madagaskar, dalam hubungannya dengan penyusutan habitat dan keterbatasan makanan dalam jangka panjang, adalah bentuk adaptasi melalui perubahan ukuran menjadi lebih kecil. Maka kita kembali ke Vrindavan untuk sekilas melihat filosifi makanan dari para pemuja Dewa Khrisna.
Ikscon Yatra, adalah tradisi pemujaan Dewa Khrisna yang berlangsung selama 10 hari, dan membutuhkan sekitar 5.000 porsi sarapan, makan siang dan makan malam.
Dapur Yatra yang menyiapkan hidangan bagi para pemuja dan peziarah pada tradisi ini mulai ada pada tahun 1986, dengan kepala dapurnya seorang pendeta bernama Radhanath Swami. Makanan-makanan yang dimakan selama jalannya tradisi pemujaan ini disebut sebagai Prasad.
Prasad berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti belas kasih. Artinya, para pemuja dan peziarah yang ikut dalam acara ini bahkan sedang mengikuti kebaktian pada saat ia makan, karena makanan berarti bentuk belas kasihan.
Memang tidak bisa diparalelkan dengan kebutuhan makan bagi berbagai spesies binatang di Madagaskar, namun ada satu nilai yang berhubungan bagi semua makhluk hidup yang membutuhkan makanan.
Makan berarti mengisi ulang semangat untuk hidup. Bagi para pemuja Dewa Khrisna, dalam Ikscon Yatra, bahkan makan bisa juga berarti mengisi ulang spiritualitas.
Bagaimana tidak, makanan berton-ton untuk ribuan orang selama 10 hari itu disiapkan oleh sampai 3.000 orang relawan yang bangun saat hari masih gelap untuk menyiapkan sarapan, dan tidak memiliki waktu istirahat karena harus lagi menyiapkan makan siang dan makan malam tepat waktu. Mereka relawan yang tidak digaji.
Filosofi pelayanan itu bagi para orang dapur yang menyiapkan makanan itu adalah bahwa "Melayani Khirsna adalah dengan melayani para pemujanya lewat makanan." Maka tidak heran, sejak 3 bulan sebelum Ikscon Yatra, para ahli dan juru masak yang beberapa adalah juga para pendeta melakukan uji coba 4 sampai 5 kali atas setiap resep yang mereka gunakan di laboratorium makanan Prasad di Govardhan.
Dua hari menjelang akhir masa tradisi Ikscon Yatra, maka seluruh pemuja dan peziarah akan mengikuti tradisi Annakoot. Ini adalah tradisi di mana seluruh pemuja Khirsna dan peziarah yang telah dijamu dengan Prasad selama mengikuti Ikscon Yatra, memasak kembali berbagai makanan untuk dipersembahkan kepada Dewa Khrisna. Ini adalah gambaran dari siklus pembentukan dan penghancuran dalam menghasilkan makanan lewat sebuah proses di dapur Yatra.
Maka, bila manusia bisa merasakan bahwa bahkan makan bisa juga berarti mengisi ulang spiritualitas, sementara di saat yang sama secara ironis, kedatangan manusia ke alam liar sebagai predator super justru menyebabkan kerusakan lingkungan, perubahan habitat melampaui kemampuan evolusi dan adaptasi, yang mengancam kelangsungan hidup dan kenanekaragaman hayati, tidakkah itu bermakna bahwa manusia perlu selalu meninjau ulang sejauh mana ia telah mencoba lebih peduli lagi soal "Apa, siapa, kapan, di mana, dengan siapa dan bagaimana ia makan?" Seperti pelajaran dari siklus dapur Yatra, saat meyiapkan dan menyantap makanan, mungkin ada pihak, tempat atau sesuatu yang mengalami kehancuran.
Bukan secara kebetulan bila kita diajarkan untuk berdoa, "Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya," karena seringkali sesuatu yang lebih dari cukup, tidak saja menghasilan sesuatu yang tidak pernah dikenal sebagaimana dalam enigma evolusi, tapi bahkan kepunahan. Maka tidak ada salahnya, makanlah secukupnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI