Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Aku dan Binatang Liar, Kini

4 Maret 2020   18:27 Diperbarui: 5 Maret 2020   09:48 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bruno anjing keluarga kami menjelang akhir hayatnya, 2017 (dokpri)

Apabila dirangkai dengan kata lainnya hingga menjadi sebuah frasa, maka beberapa frasa terkait binatang dapat dijelaskan artinya antara lain, "binatang buas" yakni binatang liar dan biasanya memusuhi manusia (biasanya ganas, seperti harimau, serigala), "binatang piaraan" yakni binatang yang biasa dipiara untuk kesenangan (seperti anjing, kucing, dan burung), "binatang ternak" yakni binatang yang (biasa) diternakkan untuk diambil manfaatnya (seperti lembu dan kambing). Sedangkan kebinatangan/ke*bi*na*tang*an/ sebagai kata benda berarti sifat-sifat binatang atau kelakuan seperti binatang.

Sementara itu, bila merujuk ke frasa "satwa liar" dalam kamusbesar.com, diartikan sebagai "semua binatang yang hidup di darat dan di air yang masih mempunyai sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia".

Ada beberapa hal yang bisa saya simpulkan menurut penjelasan beberapa rujukan di atas:

1. Manusia dan binatang sebagai sesama makhluk bernyawa, ditandai kemampuan berpindah tempat dan merespons rangsangan, dibedakan oleh akal  budi. Bahwa manusia berakal budi, tetapi tidak dengan binatang.

Mengenai hal ini sendiri sudah banyak pendapat-pendapat yang berpandangan lain. Tidak kurang misalnya penjelasan tentang arah gerak evolusi yang menurut kaum Darwinian sebenarnya masih belum selesai, walaupun ditentang oleh kelompok-kelompok yang tidak sependapat terutama dari kalangan religius. Bahwa manusia yang kompleks dan juga makhluk-makhluk lainnya sebenarnya adalah hasil dari proses perubahan yang lambat dalam kurun waktu jutaan hingga miliaran tahun.

Atau misalnya dalam tulisan-tulisan sains historis semacam Sapien dan Homo Deus karya Youval, yang mengkritisi sikap manusia yang terlalu menyederhanakan persoalan, seolah binatang atau hewan tidak memiliki akal budi, sehingga oleh karenanya manusialah yang bebas menentukan apa yang perlu dan yang tidak perlu bagi mereka, binatang dan hewan itu.

Baca juga: Logika Politik vs Logika Ekologi

Benar, dalam sebagian hal, kelihaian akal budi manusia dalam menentukan apa yang perlu dan yang tidak perlu bagi binatang dan hewan itu mungkin memang berhasil meningkatkan jumlah produksi daging untuk konsumsi manusia, tapi lihat juga kenyataan bagaimana binatang dan hewan-hewan bisa mati merana di dalam sangkar-sangkar penangkaran atau kebun-kebun binatang yang divonis mati karena mal nutrisi.

Padahal bisa saja mereka mati karena merasa terabaikan hak-haknya sebagai makhluk hidup yang juga memiliki perasaan dan akal budi tentu saja dalam bentuk dan substansi yang sesuai baginya. Bukan tidak mungkin binatang dan hewan-hewan yang dikandangkan itu mati karena terabaikan hak-haknya untuk bisa bebas bersosialisasi dengan sesama binatang atau hewan, untuk berpacaran dengan lawan jenisnya barangkali.

Termasuk dalam penjelasan arti binatang atau hewan dalam kategori ini adalah anjing dan kerbau yang biasa dipelihara atau semut yang tidak biasa dipelihara manusia.

Baca juga: "Jane" dan Upaya Mendefinisikan Ulang Manusia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun